Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Romawi tidak terdiri dari manusia super. Sepanjang umur kekaisaran yang kuat ini, Romawi kalah dalam banyak pertempuran melawan berbagai musuh. Sebut saja Pyrrhus, Hannibal dan Mithridates VI dari Pontus. Mereka semua adalah musuh Romawi yang paling terkenal dalam sejarah. Namun meski kalah di beberapa pertempuran, Romawi berhasil membangun kekaisaran besar. Wilayahnya terbentang dari Eropa hingga Afrika. Apa rahasianya? Selain pantang menyerah, silau akan harta jadi alasan mengapa orang Romawi sukses dalam peperangan.
Ketahanan dan ketabahan
Beberapa contoh membuktikan bahwa kalah dalam jangka panjang tidak ada dalam “kamus” orang Romawi.
Meski memiliki prajurit yang hebat, tidak jarang bangsa Romawi harus menghadapi kekalahan. Mereka kalah saat melawan Hannibal. Beberapa pertempuran di Mediterania Timur pun tidak selalu berbuah kemenangan. Bahkan, saat bertempur di Teutoburg, Romawi kehilangan tiga legiunnya.
Namun, kekalahan tidak menjatuhkan mental. Orang Romawi berhasil bangkit dan menang. Inilah yang tidak dimiliki oleh para penentang Romawi dari zaman Augustus sampai Diokletianus. Meski musuh Romawi piawai soal taktik, militer Romawi akan terus maju sampai menang.
“Dalam berperang, mereka memiliki obsesi tanpa henti untuk mencapai tujuan,” ungkap Simon Elliott di laman History Hit. Maka tidak heran jika tentara Romawi akan terus menyerang dan membunuh semua yang menghalangi tujuan mereka.
Jadi pada dasarnya, orang Romawi selalu kembali. Jika Anda mengalahkan mereka sekali, mereka akan terus kembali hingga memenangkan pertempuran.
Prajurit kuat yang menjalani pelatihan berliku dan berat
Sebelum menjadi prajurit, para kandidat diseleksi dengan ketat. Setelah diterima, mereka harus menjalani masa percobaan empat bulan yang berat. Selama masa itu, calon prajurit harus membawa peralatan lengkap, mengikuti pelatihan senjata, dan latihan formasi. Tidak hanya fisik, pelatihan dirancang sedemikian rupa untuk menguji mental rekrutan.
Bagi yang tidak tahan mental dan fisik, mereka boleh mengundurkan diri kapan saja. Prajurit dengan mental dan fisik yang kuat dibutuhkan untuk bertempur dalam serangan militer.
Kedisiplinan adalah salah satu pilar Legiun Romawi. Setiap prajurit berperilaku disiplin demi kepentingan seluruh unit. Kemampuan untuk bertarung sebagai satu unit memungkinkan Romawi untuk mengalahkan pasukan yang unggul dalam hal jumlah.
Perang demi kepentingan kaum elite dan bangsawan
Alasan mengapa Romawi memiliki ketahanan dan ketabahan yang begitu tinggi adalah karena masyarakat Romawi itu sendiri. “Terutama, karena keinginan kaum bangsawannya,” tambah Elliot.
Apa hubungan kaum bangsawan dengan perang dan penaklukan wilayah musuh?
Penaklukan Romawi yang hebat di akhir Republik dan awal kekaisaran didorong oleh bangsawan yang memimpin pasukan militer. Untuk kepentingan pribadi, mereka berharap mendapatkan kekayaan dan wilayah dalam jumlah besar.
“Silau akan harta” membuat Romawi tidak hanya menaklukkan dunia Helenistik tetapi juga mengalahkan Kekaisaran Kartago dan berbagai musuh lainnya.
Baca Juga: Menyelisik Mitologi Katak dalam Kronik Yunani dan Romawi Kuno
Baca Juga: Bar Kokhba, Pemberontak Yahudi yang Gigih Melawan Serangan Romawi
Baca Juga: 10 Hal Ini Membuat Kaisar Romawi Marah dan Tak Segan Memberi Hukuman
Baca Juga: Kisah Flamma, Gladiator Romawi dari Suriah yang Menolak Kebebasan
Selain itu harta, ada hal lain yang membuat mereka bertahan. Para elite tidak hanya diajarkan untuk menjadi pejuang. Mereka bahkan menjadi pengacara dan menyerang orang melalui hukum serta membela diri.
Bagi orang Romawi, semua dilakukan untuk mendapatkan kemenangan. Itu semua tentang ketahanan, ketabahan dan selalu kembali untuk mencapai tujuan. Kegagalan utama bagi seorang pemimpin Romawi adalah kalah dalam perang.
Maka orang Romawi tidak akan menghentikan perang sampai mereka memenangkan perang. Meski mungkin kalah dalam satu atau dua pertempuan, meski mereka mungkin telah kalah dalam satu atau dua pertempuran, mereka akan selalu kembali.