Nationalgeographic.co.id—Ada beragam cara untuk mengisi waktu luang, seperti menonton hiburan. Aktivitas ini sudah dilakukan sejak zaman kuno, dari bangsa Viking, Tiongkok, hingga Romawi. Beberapa macam hiburan masih dilakukan hingga kini, misalnya permainan dadu. Selain itu, ada juga hiburan yang brutal dan dianggap kejam oleh orang di zaman modern. Hiburan paling brutal sepanjang sejarah ini dimainkan oleh orang Romawi, Tiongkok kuno, hingga Viking.
Permainan bola Mesoamerika yang sadis
Permainan bola ini dilakukan pada tahun 1400 Sebelum Masehi. Olahraga ini memiliki banyak nama di antara peradaban Mesoamerika, sebut saja ollamaliztli, tlachtil, pitz, dan pokolpok.
Tidak seperti permainan bola di zaman modern, olahraga ini merupakan ritual yang penuh dengan kekerasan. Tidak jarang permainan ini melibatkan pengurbanan manusia.
Bagaimana peraturannya? dua tim yang terdiri dari 2-6 pemain akan bermain dengan bola karet yang diisi dengan beton. Lawan memukul bola yang berat dengan pinggul mereka, yang sering menyebabkan memar parah.
Sisa-sisa lapangan bola besar telah ditemukan di situs arkeologi pra-Columbus, termasuk dinding samping yang miring untuk memantulkan bola.
Menurut legenda, permainan bola diadakan di ibukota Aztec Tenochtitlan antara raja Aztec Motecuhzoma Xocoyotzin dan raja Texcoco. Motecuhzoma kalah dalam permainan. “Ia kehilangan kerajaannya di tangan penjajah dari Dunia Lama,” ungkap Mark Cartwright di laman World History.
Dimainkan oleh pria dan wanita, permainan ini dapat digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik tanpa menggunakan peperangan. Meskipun demikian, kapten tim dari pihak yang kalah terkadang dipenggal.
Mural di lapangan bola bahkan menunjukkan bahwa tawanan perang dipaksa untuk berpartisipasi dalam permainan. Setelah itu, mereka dibunuh dalam pengurbanan manusia.
Ulama, keturunan olahraga ini, masih dimainkan oleh komunitas modern di Meksiko. Namun tidak sebrutal ribuan tahun yang lalu.
Buzkashi, berlomba memasukkan bangkai ke gawang
Permainan buzkashi cepat, berdarah, dan dilakukan di atas kuda. Juga dikenal sebagai kokpar atau kokboru, dimainkan sejak zaman Jenghis Khan. Buzkashi berasal dari masyarakat nomaden dari utara dan timur Tiongkok dan Mongolia.
Permainan ini melibatkan dua tim, seringkali desa yang saling bersaing. Kedua tim saling berlomba untuk memasukkan bangkai kambing ke gawang lawan mereka.
Pertandingan dapat berlangsung selama beberapa hari dan masih dimainkan di seluruh Asia Tengah. Penunggang menggunakan cambuk mereka untuk mengalahkan pesaing dan kuda mereka. Selama perebutan bangkai, terjatuh dari kuda dan patah tulang menjadi hal lumrah.
Olahraga ini kemungkinan berasal dari desa yang saling menyerang untuk mencuri ternak mereka. Permainan sangat keras sehingga bangkai kambing kadang-kadang diganti dengan bangkai anak sapi. Pasalnya, bangkai anak sapi lebih kuat dan tidak mudah hancur. Bangkai dipenggal dan direndam dalam air dingin untuk menjadikannya lebih kuat lagi.
Fang, bergulat ala Viking
Olahraga ini adalah bentuk gulat kekerasan yang dipraktekkan oleh Viking Skandinavia dari abad ke-9. Dalam Fang, semua bentuk lemparan, pukulan, dan cara memegang lawan diizinkan. Fang menghasilkan pria yang kuat dan siap berperang. Maka tidak heran jika hiburan ini cukup populer di kalangan komunitas Viking.
Dalam pertandingan, tidak jarang salah satu pegulat meninggal. Kjalnesinga Saga menggambarkan pertandingan gulat di Norwegia yang berlangsung di sekitar Fanghella. Berbentuk datar, punggung lawan dapat dipatahkan di batu ini.
Fang sangat kejam bahkan dianggap jahat dan keji oleh gereja Islandia. Glíma adalah bentuk lain dengan aturan lebih ringan.
Pankration, bergulat di zaman Yunani kuno
Pankration adalah bentuk gulat yang diperkenalkan pertama kali pada Olimpiade Yunani Kuno 648 Sebelum Masehi. Tidak menunggu lama, hiburan ini pun jadi hobi populer di seluruh wilayah Yunani kuno. “Secara harfiah, pankration berarti 'semua kekuatan',” ungkap Stella Nenova di laman World History. Dalam bertanding, atlet harus menggunakan semua kekuatan mereka untuk menundukkan lawan.
Mereka bisa melakukannya dengan cara apa pun. Karena, hampir tidak ada aturan dalam pertarungan berdarah ini. Satu-satunya gerakan yang dilarang adalah menggigit dan mencungkil mata. Meninju, menendang, mencekik, dan bergulat, semua boleh dilakukan untuk memaksa lawan menyerah.
Orang Yunani percaya bahwa Heracles menciptakan olahraga ini saat bergulat dengan singa Nemea yang legendaris.
Kisah Arrhichion of Phigalia diabadikan oleh penulis Pausanias dan Philostratus. Mereka menggambarkan bagaimana Arrhichion dicekik oleh lawannya tetapi menolak untuk menyerah.
Sebelum meninggal karena sesak napas, Arrhichion menendang dan membuat pergelangan kaki lawannya terkilir. Rasa sakit memaksa sang lawan untuk menyerah. Hasilnya, Arrhichion dinyatakan menang meski sudah meninggal akibat kehabisan napas.
Water Jousting, Bertarung berhadapan di permukaan air
Apakah Anda pernah melihat perang bantal? Saat melakukan perang bantal, lawan saling berhadapan sambil duduk di atas bambu, misalnya. Mereka akan saling memukul dengan bantal. Pemenangnya adalah mereka yang tidak terjatuh ke air.
Permainan ini dilakukan di zaman Mesir kuno. Water Jousting di Mesir tercatat pada relief makam dari sekitar 2300 Sebelum Masehi. Relief itu menggambarkan para nelayan di dua perahu berlawanan yang dipersenjatai dengan tongkat panjang. Beberapa anggota mengarahkan sementara rekan satu tim mereka menjatuhkan lawan dari perahu mereka.
Baca Juga: Silau akan Harta, Alasan Mengapa Orang Romawi Sukses dalam Peperangan
Baca Juga: Menyelisik Mitologi Katak dalam Kronik Yunani dan Romawi Kuno
Baca Juga: Bar Kokhba, Pemberontak Yahudi yang Gigih Melawan Serangan Romawi
Baca Juga: Bar Kokhba, Pemberontak Yahudi yang Gigih Melawan Serangan Romawi
Ini terdengar cukup berbahaya karena masing-masing menggunakan tongkat runcing untuk saling menjatuhkan. Para pemainnya tidak mengenakan pelindung, dan berisiko tenggelam atau diserang hewan di perairan Mesir yang berbahaya. Kegiatan tersebut akhirnya menyebar dari Mesir ke Yunani kuno dan Romawi.
Venatio, orang Romawi bertarung dengan binatang buas
Venatio adalah pertarungan antara binatang buas dan gladiator. Ini berlangsung di amfiteater Romawi dan dianggap sebagai hiburan favorit masyarakat Romawi. Hewan-hewan eksotis dari seluruh wilayah kekaisaran diimpor ke Roma untuk ambil bagian. Semakin berbahaya dan langka, semakin seru pertarungan itu.
Beberapa catatan sejarah menggambarkan pembantaian manusia dan binatang saat perayaan 100 hari Colosseum. Diceritakan bahwa 9.000 hewan terbunuh, termasuk gajah, singa, macan tutul, harimau, dan beruang. Sejarawan Cassius Dio mengisahkan bagaimana perempuan diizinkan memasuki arena untuk membantu menghabisi binatang.
Di pertandingan lain, gladiator bertarung melawan buaya, badak, dan kuda nil. Pertempuran sadis antara hewan dengan hewan juga menjadi hiburan kesukaan orang Romawi.
Untuk menambah sedikit “kegembiraan”, penjahat atau orang Kristen yang dihukum kadang-kadang dieksekusi dengan dilemparkan ke binatang buas.
Setiap orang memiliki cara unik untuk menghabiskan waktu dan menghibur diri, termasuk masyarakat di zaman kuno. Bayangkan jika hiburan brutal itu masih terus dilakukan hingga kini.