Lacak Petunjuk Baru di Balik Cangkang Es Bulan Planet Jupiter, Europa

By Wawan Setiawan, Rabu, 17 Agustus 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi pesawat ruang angkasa Europa Clipper NASA terbang di dekat bulan Jupiter, Europa. Pesawat ruang angkasa yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2024 ini akan membawa instrumen radar penembus es yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Institut Geofisika Universitas Texas. (NASA/JPL-Caltech)

Nationalgeographic.co.id—Di bawah kerak es tebal Europa, salah satu bulan planet Jupiter adalah lautan global yang besar. Ini menjadi tempat salju mengapung ke atas dengan puncak es terbalik dan jurang yang terendam. Salju bawah laut yang aneh diketahui terjadi juga di bawah lapisan es di Bumi. Tetapi sebuah studi baru menunjukkan bahwa hal yang sama mungkin berlaku untuk bulan Jupiter. Di mana ia mungkin berperan dalam membangun cangkang esnya.

Salju bawah laut jauh lebih murni daripada jenis es lainnya. Ini berarti lapisan es Europa bisa jauh lebih asin daripada yang diperkirakan sebelumnya. Itu penting bagi para ilmuwan misi yang mempersiapkan pesawat ruang angkasa Europa Clipper NASA. Dengan menggunakan radar untuk mengintip di bawah cangkang es untuk melihat apakah lautan Europa bisa menampung kehidupan.

Informasi baru ini akan sangat penting, karena garam yang terperangkap di dalam es dapat memengaruhi apa dan seberapa dalam radar akan melihat ke dalam cangkang es. Sehingga mampu memprediksi terbuat dari apa es tersebut. Jelas ini akan sangat membantu para ilmuwan memahami data tersebut.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Astrobiology edisi Agustus, dipimpin oleh The University of Texas di Austin. Ia juga memimpin pengembangan instrumen radar penembus es Europa Clipper. Hasil studi ini diberi judul Ice Shell Structure and Composition of Ocean Worlds: Insights from Accreted Ice on Earth.

"Ketika kami menjelajahi Europa, kami tertarik pada salinitas dan komposisi lautannya. Karena itulah salah satu hal yang akan mengatur potensi kelayakhuniannya atau bahkan jenis kehidupan yang mungkin hidup di sana," kata penulis utama studi tersebut, Natalie Wolfenbarger, peneliti mahasiswa pascasarjana di Institut Geofisika Universitas Texas (UTIG) di Sekolah Geosains UT Jackson. Saat ini sedang mengejar gelar doktor di bidang geofisika di UT Jackson School dan merupakan anggota afiliasi mahasiswa pascasarjana dari tim sains Europa Clipper.

Europa adalah dunia berbatu seukuran bulan Bumi. Ia dikelilingi oleh lautan global dan lapisan es setebal satu kilometer lebih. Studi sebelumnya menjabarkan tentang suhu, tekanan, dan salinitas lautan Europa yang paling dekat dengan es. Ini ternyata mirip dengan apa yang akan Anda temukan di bawah lapisan es di Antartika.

Gundukan es frazil seperti salju di bawah lapisan es Antarktika. Menurut penelitian dari UT Austin, cangkang es Europa bisa dibuat dari bahan yang sama. (Helen Glazer 2015, dari proyek Walking in Antarctica)

Berbekal pengetahuan itu, studi baru ini meneliti dua cara berbeda air yang membeku di bawah lapisan es, yaitu es beku dan es frazil. Es yang membeku tumbuh langsung dari bawah lapisan es. Es frazil terbentuk sebagai serpihan es di air laut yang sangat dingin. Ia mengapung ke atas melalui air, lalu mengendap di dasar lapisan es.

Dua cara tersebut membuat es yang kurang asin daripada air laut. Yang ditemukan Wolfenbarger akan menjadi kurang asin ketika ditingkatkan ke ukuran dan usia cangkang es Europa. Terlebih lagi, menurut perhitungannya, es frazil - hanya menyimpan sebagian kecil garam dalam air laut - bisa sangat umum di Europa. Itu berarti cangkang esnya bisa lebih murni dari perkiraan sebelumnya. Ini memengaruhi segalanya mulai dari kekuatannya, hingga bagaimana panas bergerak melewatinya. Serta kekuatan yang mungkin mendorong semacam tektonik es.

   

Baca Juga: Mengapa Planet Jupiter Tidak Memiliki Cincin Seperti Saturnus?

Baca Juga: Robot Mini Mencari Kehidupan Alien di Satelit Planet Jupiter, Europa