Nationalgeographic.co.id—Nilai seorang wanita di Romawi Kuno diukur berdasarkan kecantikannya, sifat keibuan, martabat, keterampilan berbicara, dan kemampuan menenun wol. Wanita Romawi memiliki hak dan jalan hidup yang terbatas jika dibandingan dengan pria. Namun beberapa berhasil mendapatkan kekuasaan dan pengaruh politik yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Sementara sejarah kuno didominasi oleh pria, istri para Kaisar juga memiliki pengaruh besar. Berkuasa dan dihormati, tidak jarang mereka membuktikan kecakapan politik di hadapan masyarakat Romawi. Pengaruh mereka mungkin tidak selalu tercatat dalam buku-buku sejarah, tetapi dirasakan oleh orang-orang sezamannya. Di balik kepemimpinan kaisar Romawi, ada wanita kuat dan berpengaruh.
Livia Drusila
Livia adalah putri seorang senator dan menikah pada usia muda dengan sepupunya, Tiberius Claudius Nero. Mereka memiliki 2 orang anak. Setelah menghabiskan waktu di Sisilia dan Italia, Livia dan keluarganya kembali ke Roma. Konon, kaisar Octavianus jatuh cinta padanya, terlepas dari kenyataan bahwa keduanya sudah memiliki pasangan hidup.
Setelah masing-masing bercerai, pasangan itu menikah. “Tidak seperti pendahulunya, Livia memainkan peran aktif dalam politik,” tutur Sarah Roller di laman History Hit. Ia bertindak sebagai penasihat suaminya dan menggunakan perannya sebagai istri untuk memengaruhi semua pengambilan kebijakan.
Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Romawi, Octavianus bahkan memberi Livia kekuasaan untuk mengatur keuangan dan urusannya sendiri.
Setelah wafat, Octavianus (kaisar Augustus) mewariskan sepertiga dari hartanya dan menganugerahi Livia gelar Augusta. “Secara efektif, ini memastikan kekuatan dan statusnya setelah kematian suaminya itu,” tambah Roller.
Putranya, kaisar baru Tiberius, semakin frustrasi dengan kekuatan dan pengaruh ibunya. Pengaruh sang ibu sulit dihilangkan. Pasalnya, meski Livia tidak memiliki gelar formal, ia memiliki banyak sekutu dan pengaruh politik.
Dia meninggal pada tahun 29 Masehi. Beberapa tahun kemudian, ketika cucunya Claudius menjadi kaisar, status dan kehormatan Livia dipulihkan. Wanita kuat di zaman Romawi ini pun didewakan sebagai Augusta Ilahi. Ia tetap menjadi tokoh penting dalam kehidupan publik lama setelah kematiannya.
Messalina
Valeria Messalina adalah istri ketiga kaisar Claudius. Ia lahir dalam keluarga yang kuat dan menikahi Claudius pada tahun 38 Masehi. Sejarah menggambarkannya sebagai permaisuri yang kejam dan licik dengan nafsu seksual tinggi. Dikabarkan menganiaya, mengasingkan atau mengeksekusi saingan politik dan pribadinya. “Nama Messalina menjadi identik dengan kejahatan,” Roller juga menambahkan.
Terlepas dari kekuatannya yang tampaknya tak terbatas, ia pun mendapatkan balasan atas perbuatannya. Desas-desus beredar bahwa ia mengadakan pernikahan besar dengan kekasihnya, senator Gaius Silius. Ketika berita itu sampai di telinga Claudius, dia merasa terganggu. Saat mengunjungi rumah Silius, sang kaisar menemukan berbagai macam pusaka keluarga kekaisaran yang telah diberikan Messalina kepada kekasihnya.
Permaisuri itu dieksekusi atas tuntutan Claudius di Taman Lucullus. Senat kemudian memerintahkan damnatio memoriae, menghapus nama dan gambar Messalina dari semua tempat umum dan pribadi.