Nationalgeographic.co.id—Lada telah lama menjadi yang paling dicari diantara rempah-rempah selama hampir 2.000 tahun. Lada sejatinya telah mendominasi perdagangan dunia. Berasal dari Timur, rempah itu terus diburu.
"Jalur lada ke Eropa sangat panjang dan berliku-liku," tulis James Hancock kepada World History dalam artikelnya berjudul Middle Eastern Power Shifts & the Trade of Pepper from East to West yang terbit pada 8 September 2021.
"Rute lada yang paling sering dikunjungi ke dunia Romawi adalah melalui Laut Merah, pertama langsung di kapal Romawi sepanjang jalan dari pelabuhan Mesir ke India," imbuh Hancock.
Berasal dari dataran tinggi Ethiopia, Kerajaan Aksum menjadi raksasa perdagangan yang mempertahankan hubungan dekat dengan Kekaisaran Romawi melalui perdagangan rempahnya, utamanya lada.
Tingkat perdagangan Romawi melalui Kerajaan Aksum mengalami pasang surut selama bertahun-tahun, tetapi untuk sebagian besar dari tujuh abad, hubungan mereka terjalin sangat erat.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, kemitraan Bizantium dengan Aksum terus menjaga hubungan mereka secara maritim. Hubungan dagang mereka tetap hidup selama beberapa abad.
Namun, peredaran rempah ke Eropa dan Afrika tergantung pada penguasaan jalur perdagangan yang berpusat di Timur Tengah dan Semenanjung Arab.
Pada awal abad ke-7, berbagai suku yang bertikai di Semenanjung Arab dikatakan telah bersatu di bawah panji Islam oleh Nabi Muhammad. Mereka mulai secara sistematis untuk menguasai seluruh Timur Tengah.
Peredaran lada yang muncul dari perdagangan Asia Tenggara hingga ke Timur Tengah, dikuasai oleh pasukan Muslim. Selama periode ini, suku Arab membuat penaklukan cepat terhadap wilayah Palestina, Suriah, Irak, Iran, dan kemudian Mesir.
Baca Juga: Pesona Lada Aceh, dari Ottoman hingga Eropa Barat