Nationalgeographic.co.id – Menjadi salah satu bumbu rempah yang digunakan ketika memasak, siapa sangka keberadaan butiran-butiran lada pernah diburu seantero dunia di abad perniagaan.
Bahkan, perdagangan Lada berhasil mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16, sekaligus menobatkan Aceh sebagai pusat perdagangan Lada terbesar di dunia. Namun, di balik catatan sejarah lada, rupanya tersimpan banyak cerita yang melatarbelakangi terbentuknya komoditi ini.
Pada awalnya, lada Aceh bukanlah suatu komoditas perdagangan yang menghasilkan banyak uang. Budidayanya lebih banyak dilakukan di lereng pegunungan dan di tepi pantai barat. Alasan banyaknya budidaya ini disebabkan oleh mudahnya penanaman lada di masa itu.
Cukup taburkan benih lada dan simpan beberapa batang kayu, tanaman lada akan melilitkan diri pada benda yang berdiri di dekatnya. Dalam waktu singkat, daunnya yang hijau dengan permukaan yang mengkilap, perlahan menghasilkan bunga dan bulir-bulir buah yang tumbuh sebagai buah lada.
Baca Juga: Melihat Ulang Bagaimana Sudut Pandang Menjadi Seorang Pejalan
Banyaknya hasil panen yang ada, membuat Kesultanan Aceh akhirnya memilih lada sebagai alat untuk menggenjot perekonomian. Dengan cepat, Aceh juga berhasil memperluas kebun lada di Sumatera, serta menemukan jalur pengapalan lada langsung ke Laut Merah, sebagai gerakan ekspansi bisnis ke wilayah Eropa.
Sementara, para pedagang dari Inggris, Prancis, Denmark, Portugis, dan Prancis berlomba-lomba untuk mendapatkan izin membeli lada dari Kesultanan Aceh. Mereka harus terus berjuang untuk mendapatkan muatan terbatas dari pos-pos dagang yang ada di Aceh.
Alat diplomasi
Menyadari potensi dari komoditas lada, Kesultanan Aceh akhirnya menggunakan lada sebagai bagian dari alat diplomasi politik. Salah satunya dengan mendekatkan hubungan dengan Ottoman-Turki melalui pemberian upeti.
Lewat keberhasilan diplomatis ini, Kesultanan Aceh mulai menjahit rencana untuk melakukan ekspansi kekuasaan. Kesultanan Aceh mulai melakukan serangan ke Kerajaan Batak lewat bantuan pasukan Turki yang dibayar dengan empat kapal lada.
Baca Juga: Untold Flores: Berbagi Cerita Tentang Makna Sebuah Perjalanan
Dikutip dari laman Historia, Sultan Aceh sebelumnya mengirim duta ke Kerajaan batak sebelum tahun 1539, dengan maksud mengajak Raja Batak untuk memeluk agama Islam.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR