Nationalgeographic.co.id—Kapal uap Titanic dirancang dengan ambisi kompetitif untuk ukuran dan kemewahan. Pada zamannya, kapal ini menjadi kapal penumpang terbesar dan termewah. Sayangnya, semua kemewahannya tidak berumur panjang. Beberapa hari setelah pelayaran fenomenalnya, Titanic menabrak gunung es di Samudra Atlantik bagian utara. Dengan cepat, kapal itu pun tenggelam ke dasar laut dan tidak diketahui keberadaannya. Dibutuhkan waktu selama tujuh puluh tiga tahun untuk menemukan kapal yang mempesona itu. Namun bagaimana nasib gunung es yang ditabrak oleh Titanic?
Dirancang untuk mengangkut orang kaya dan terkenal
Sejak awal, Titanic dirancang untuk mengangkut orang kaya dan terkenal untuk melintasi Atlantik. Dibangun selama tiga tahun, Titanic dirancang oleh White Star Line. Kapal ini berornamen dengan fasilitas Victoria yang elegan.
Tiket kelas tiga berharga sekitar £7 pada tahun 1912 yang hampir £800 dalam uang hari ini. Tiket kelas kedua berharga sekitar £13 atau setara £1500 hari ini. Sedangkan tiket termahal seharga minimal £30 atau lebih dari £3300 di masa ini.
Tiket dengan harga tertinggi di Titanic memberikan penumpang akses ke ruang makan mewah serta ruang pertemuan berpanel kayu ek. Mereka yang berada di kelas satu juga bisa menikmati pemandian Turki, kolam renang air asin, jendela besar, dan orkestra.
Sayangnya, fasilitas mewah ini hanya dinikmati selama beberapa hari saja. Kapal fenomenal ini meluncur dari dok kering di Irlandia Utara pada awal 1912. Titanic berhenti untuk melakukan penjemputan di Cherbourg, Prancis, dan Queenstown, Irlandia, sebelum berbelok ke barat menuju New York.
Setelah terisi penuh, manifes hanya berjumlah lebih dari 2.200 orang. “Sepertiga penumpang adalah kru Titanic,” tutur Daniel Stone di laman Smithsonian Magazine.
Sedikitnya informasi tentang gunung es
Pada saat itu, masyarakat memiliki informasi yang terbatas tentang perilaku gunung es. Mereka paham jika sebagian besar mencair di suatu tempat di Lingkaran Arktik.
John Thomas Towson, penulis buku Practical Information on the Deviation of the Compass, mengamati pada tahun 1857 bahwa gunung es tidak berbeda dengan batuan yang terbentuk selama ribuan tahun oleh waktu dan tekanan.
Towson tahu bahwa gunung es menimbulkan bahaya eksistensial bagi lambung kayu kapal abad kesembilan belas. Lambung baja memang tak terkalahkan, namun itu hanya asumsi saja, bukan pengalaman.
Sejumlah gunung es yang begitu ekstrem bergerak ke selatan melalui selat timur Grand Banks di timur Newfoundland. Pada tahun 1912 Penjaga Pantai AS menjuluki daerah itu sebagai "gang gunung es."
Selama tiga tahun massa es itu terombang-ambing dan berkelok-kelok di perairan Arktik. Pada satu titik, massa itu melakukan perjalanan ke utara dan menghabiskan musim panas 1910 lebih jauh menuju kutub utara. Kemudian menangkap arus Labrador, yang membawa air beku ke selatan.
Sebagian besar gunung es mencair dalam tahun pertama dan kedua. 1 persen gunung es di belahan bumi utara yang bertahan di zona gurun ini. Akhirnya, hanya satu dari beberapa ribu gunung es yang akan mencapai 41 derajat utara. “Ini adalah garis lintang yang sama dengan New York City dan jalur kapal transatlantic,” tambah Stone.
Ketika tenggelam pada tahun 1912, Titanic tenggelam dengan kecepatan 4 km per jam. Kapal ini menghantam dasar laut dengan kecepatan lebih dari 48 km per jam. “Kuburannya” begitu terpencil sehingga lokasinya tetap menjadi misteri sampai tahun 1985. Saat itu, sebuah tim dengan kapal selam dan kapal laut dikembangkan pemerintah mengambil beberapa foto buram. Butuh tujuh puluh tiga tahun, hampir seumur hidup manusia, untuk menemukan kapal karam yang paling terkenal dan mempesona sepanjang masa.
Memburu kapal Titanic
Perburuan kapal Titanic begitu diminati sehingga dikisahkan di berbagai media. Sebagian besar orang melewatkan hal penting: apa yang terjadi dengan gunung es yang ditabrak oleh Titanic?
Gunung es selalu ada, tetapi salah satu yang menenggelamkan kapal penumpang terbesar itu hampir hilang. Setelah tiga tahun, massa es itu kemungkinan hanya memiliki satu minggu untuk bertahan, paling lama dua minggu. Gunung es menjadi semakin kecil saat mengarungi air yang lebih hangat.
Baca Juga: Harta Karun 200 Tahun dari 'Titanic of the East' Kembali ke Indonesia
Baca Juga: Film Titanic Versi Nazi Jerman: Berisi Propaganda Melawan Inggris
Baca Juga: Mengapa Tanda Bahaya Pertama yang Digunakan Titanic Bukan Sinyal SOS?
Mencair dari bawah, gunung es pun jadi semakin berat dan terbalik, diikuti oleh lebih banyak erosi. Sampai akhirnya, gunung es yang tadinya megah mencair hingga jadi seukuran bola basket dan perlahan hilang.
Menurut beberapa perkiraan, lebih banyak gunung es mengapung di sekitar hari ini daripada di era Titanic. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh air yang lebih hangat yang menyebabkan lebih seringnya pencairan gletser.
Kemajuan dalam radar, GPS, dan pemantauan pesawat mengurangi bahaya gunung es bagi kapal. Selain itu, teknologi kapal yang lebih canggih di zaman sekarang juga turut membantu menghindari tabrakan.
Tapi gunung es masih tetap menjadi ancaman. Pada tahun 2007, sebuah kapal pesiar kecil di dekat Antartika yang disebut MS Explorer ditabrak oleh gunung es yang tak terlihat. Setelah bongkahan itu mengenai sisi kanan, penumpang bergegas ke sekoci dan diselamatkan beberapa jam kemudian oleh kapal pesiar lainnya.
Ribuan gunung es bergerak di Samudra Atlantik dan mengancam kapal-kapal namun tidak ada yang setenar gunung es Titanic.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo