Nationalgeographic.co.id - Paru-paru sangat penting bagi banyak vertebrata termasuk manusia. Namun, di dunia hewan, empat clade amfibi hidup telah secara independen menghilangkan respirasi paru dan kehilangan paru-paru. Mereka bernapas terutama melalui kulit basah mereka. Masih sedikit yang diketahui tentang dasar perkembangan kehilangan paru-paru di clade ini.
Para peneliti di Departemen Biologi Organisme dan Evolusioner juga Museum Zoologi Komparatif di Universitas Harvard meneliti Plethodontidae, keluarga salamander yang dominan. Spesies ini diketahui bahwa semuanya tidak memiliki paru-paru saat dewasa. Akan tetapi, peneliti menemukan bahwa mereka sebenarnya mengembangkan paru-paru saat embrio. Ini telah menjelaskan evolusi kehilangan paru-paru selama jutaan tahun.
Temuan itu diterbitkan di jurnal Science Advance pada 17 Agustus, dengan judul "Developmental basis of evolutionary lung loss in plethodontid salamanders."
Keluarga salamander tanpa paru-paru Plethodontidae adalah keluarga salamander yang paling kaya spesies. Terhitung lebih dari dua pertiga keanekaragaman salamander yang ada adalah termasuk ke dalamnya. Semua plethondontids dewasa tidak memiliki paru-paru. Mereka bernapas seluruhnya melalui jaringan nonpulmonal, terutama kulit dan selaput lendir di mulut dan tenggorokan.
Hilangnya paru-paru telah terjadi secara independen setidaknya empat kali di antara amfibi yang berkerabat jauh. Ada contoh lain dari pengurangan atau kehilangan paru-paru pada amfibi dan beberapa vertebrata. Alasan perkembangan kehilangan organ ini, bagaimanapun, tetap menjadi misteri.
"Jelas salamander tanpa paru-paru baik-baik saja tanpa paru-paru mengingat mereka membentuk sekitar dua pertiga dari semua spesies salamander," kata penulis utama Zachary R. Lewis, mantan kandidat doktor, "mungkin kehilangan paru-paru memungkinkan, bukan terhambat, keberhasilan evolusi yang luar biasa ini."
Studi ini didasarkan pada karya doktoral Lewis di lab penulis senior Profesor James Hanken. Lewis, Hanken, dan rekan penulis Lektor Kepala Ryan Kerney, Gettysburg College, menggunakan histologi dan mikro-CT untuk memeriksa morfologi perkembangan paru-paru pada salamander dengan paru-paru dan tanpa paru-paru. Mereka menemukan bahwa salamander tanpa paru-paru mulai mengembangkan paru-paru saat embrio dengan cara yang sama seperti spesies dengan paru-paru mengembangkannya. Para peneliti kemudian menggunakan hibridisasi in situ dan pengurutan RNA. Bertujuan untuk menunjukkan bahwa struktur yang terbentuk selama perkembangan embrionik salamander tanpa paru menyerupai paru-paru tidak hanya secara morfologis. Akan tetapi juga dalam hal molekul yang diekspresikan.
Para peneliti berhipotesis bahwa perkembangan paru-paru berhenti pada spesies ini dikarenakan kurangnya isyarat. Di mana mempertahankan perkembangan paru-paru yang muncul dari jaringan, mesenkim, yang mengelilingi paru-paru saat berkembang.
Baca Juga: Fosil Salamander Eropa Tertua Ditemukan di Isle of Skye, Skotlandia
Baca Juga: Spesies Baru Katak Berkantung: Orang Tua Jantan Bertugas Mengasuh Anak
Baca Juga: Ternyata Panda Purba Pernah Punya Ibu Jari Palsu yang Panjang