Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda merasa kesal atau marah bahkan panik ketika mendengarkan suara-suara tertentu yang menurut Anda tidak enak untuk Anda dengar? Jika iya, mungkin Anda sedang terkena misophonia.
Para peneliti untuk pertama kalinya telah mengidentifikasi bagian-bagian otak yang terlibat dalam pemicu misophonia. Apakah itu? Misophonia jarang dipelajari, ini adalah suatu kondisi yang terkait dengan keengganan ekstrem terhadap suara-suara tertentu. Hasilnya, dari para ilmuwan Ohio State University, menunjukkan bahwa satu penjelasan populer tentang apa yang menyebabkan misophonia mungkin tidak benar.
Individu dengan misophonia, yang menimpa hingga 20% orang, merasa marah, jijik dan keinginan untuk melarikan diri ketika mereka mendengar suara-suara tertentu. Mengunyah dan suara serupa dari mulut paling sering dikaitkan dengan kondisi tersebut.
Sebuah studi sebelumnya menunjukkan bahwa misophonia disebabkan oleh koneksi supersensitif antara korteks pendengaran otak dan area kontrol motorik orofasial. Ini yang berhubungan dengan wajah dan mulut.
Tapi studi baru ini adalah yang pertama untuk memeriksa apa yang terjadi di otak ketika orang mengetuk jari mereka berulang kali. Yang merupakan salah satu contoh suara lain yang bisa menjadi pemicu bagi beberapa orang dengan misophonia.
Temuan studi menunjukkan bahwa pola konektivitas otak dengan daerah penyadapan jari berbeda pada orang dengan misophonia. Jika dibandingkan dengan pola konektivitas dengan daerah mengunyah.
"Kisah tentang apa yang terjadi di otak dalam misophonia tidak lengkap jika kita hanya fokus pada apa yang terjadi ketika orang mendengar suara mengunyah dan terkait," kata Heather Hansen, penulis utama studi dan mahasiswa doktoral psikologi di Ohio State. "Kami tidak bisa mengatakan bahwa misophonia hanya disebabkan oleh koneksi otak yang supersensitif dengan korteks motorik orofasial."
Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Neuroscience pada 9 Agustus dengan judul Neural evidence for non-orofacial triggers in mild misophonia.
Penelitian ini melibatkan 19 orang dewasa yang menjalani pemindaian fMRI pada otak mereka saat mereka melakukan berbagai tugas. Semua menyelesaikan tiga kuesioner yang mengukur tingkat misophonia mereka. Berdasarkan hasil ini, tingkat misophonia pada peserta berkisar dari tidak ada hingga ringan.
Satu tugas melibatkan peserta secara fisik menyuarakan berbagai suku kata. Hasil fMRI menunjukkan daerah mana di otak yang diaktifkan oleh produksi ucapan yang sangat tumpang tindih dengan gerakan orofasial. Dengan demikian terhubung dengan suara seperti mengunyah.
Peserta juga mengetukkan jari mereka pada kaki mereka berulang kali di bagian terpisah dari percobaan untuk membuat gerakan lain yang berhubungan dengan misophonia.