Nationalgeographic.co.id—Berjarak hampir 13.000 km jauhnya, orang-orang Palestina merdeka dalam sepak bolanya di tanah yang asing, Chili. Deportivo Palestino adalah sebuah klub Chili yang jadi saksi bisunya.
Sebuah artikel yang ditulis koresponden TRT World berjudul Deportivo Palestino: Klub sepak bola Chili yang berdiri bersama Palestina, terbit pada 11 Mei 2021, mengungkapkan tentang aksi solidaritas para pemain dengan mengenakan keffiyeh Palestina sebelum pertandingan melawan Colo-Colo.
Melihat momentum ini, melempar penulis pada sebuah pertanyaan besar, "apakah ada kontak Palestina dengan bangsa Palestina di Asia?" Pertanyaan itu juga muncul karena adanya kesamaan toponim di antara keduanya.
Menurut koresponden TRT World , kemunculan klub Palestino di Chili ternyata merupakan identitas dari sebuah bangsa yang jaraknya terpisah sejauh 13.000 km, bangsa Palestina.
Bahkan sang presiden klub Palestina, Jorge Uauy menyebut bahwa:"simbol Palestina, seperti keffiyeh , menunjukkan hubungan yang kita miliki dengan tanah air kita. Kita harus berdiri bersama melawan kesulitan."
"Ini menunjukkan kepada dunia bahwa para pemain kami (Palestino) memahami apa artinya bermain untuk Palestina, menunjukkan bahwa kita lebih dari sebuah klub sepak bola. Itu membuatku sangat bangga," terus Uauy kepada TRT World.
Bahkan, jika diperhatikan lebih seksama, kombinasi dalam warna jersey Deportivo Palestino juga melambangkan paduan warna dalam bendera negara Palestina: hitam, merah, hijau dan putih.
Secara historis, klub ini berdiri sejak 1920 ketika para imigran Palestina tiba di kota selatan Osorno, Chili. Kedatangan para imigran Palestina ini merupakan yang terbesar di luar Timur Tengah. Jumlah mereka mencapai 450.000-500.000 jiwa mengungsi ke sana.
Kelompok migran paling awal Palestina tiba di Chili pada tahun 1885, setelah melarikan diri dari Perang Krimea. Gelombang berikutnya tiba selama Perang Dunia I, dan gelombang lain mengikuti selepas perang Palestina 1948 dan pembentukan Israel.
Perjalanan yang jauh dan sangat melelahkan: mereka yang tiba di Argentina kemudian harus menggunakan transportasi bertenaga keledai untuk menyeberangi pegunungan Andes. Alternatif lainnya adalah melintasi Selat Magellan, melintasi Atlantik hingga Pasifik.