Dengan sebagian besar identitas Arab mereka diserap ke dalam budaya Chili, sepak bola dipandang sebagai salah satu cara untuk mengintegrasikan dan melestarikan warisan mereka.
Deportivo Palestino menjadi sumber kebanggaan terbesar masyarakat, memungkinkan mereka untuk mempertahankan rasa memiliki.
Saat didirikan pada tahun 1920, klub baru mulai bersaing di liga utama Chili dari tahun 1950-an, oleh sejumlah pemain berkebangsaan Palestina. Setelah investasi oleh orang-orang Palestina yang kaya raya, memungkinkan klub Palestino untuk mempekerjakan pemain non-Palestina dan membangun profesionalisasi tim.
Baca Juga: Hamas Klaim Temukan Makam dari Era Romawi di Kota Gaza, Palestina
Baca Juga: Naskah Yahudi Kuno Pecahkan Teka-teki Fungsi Situs Qumran di Palestina
Baca Juga: Lorong Gaza, Simbol Kecerdikan dan Impian Kebebasan Palestina
Baca Juga: Apakah Apple dan Google Benar-Benar Menghapus Palestina Dari Peta?
"Stadion kandang Palestina, La Cisterna, dihiasi dengan bendera Palestina dan merupakan salah satu pusat komunal terbesar di Santiago," pungkasnya.
Beberapa pesepakbola Chili-Palestina seperti Roberto Bishara dan Alexis Norambuena pernah bermain untuk timnas Palestina, sementara yang lain seperti Luis Antonio Jimenez berhasil masuk timnas Chili.
Meskipun tim nasional Palestina tidak benar-benar tumbuh sebagai tim sepak bola yang merdeka dan maju, Club Deportivo Palestino telah dikatakan sebagai tim nasional "kedua" yang membuat bangga bangsa Palestina.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo