Sadisnya Venatio, Pertarungan Brutal Melawan Hewan Buas di Masa Romawi

By Sysilia Tanhati, Rabu, 24 Agustus 2022 | 15:00 WIB
Orang Romawi menyukai pertarungan brutal dan penuh darah. Salah satunya adalah venatio, pertarungan hewan buas yang diadakan di Colosseum. (Wikipedia)

Akhir pertunjukan berdarah venatio

Pada abad ketiga dan keempat, popularitas venatio Romawi kuno mulai menurun. Ini terjadi karena beberapa alasan.

Pertama, bintang pertunjukan—hewan eksotis itu sendiri—semakin sulit ditemukan. Romawi tidak lagi memiliki keuangan atau kekuatan militer untuk menarik hewan-hewan eksotis dari setiap sudut kekaisaran.

Selain itu, adat-istiadat sosial berubah. Gereja mulai memberikan pengaruh yang lebih besar di Romawi. Pada tahun 404 Masehi, seorang biarawan bernama Telemachus melompat ke arena untuk menghentikan beberapa gladiator agar tidak saling bertarung. Dia terbunuh, dan kaisar Honorius kemudian melarang pertandingan gladiator di masa depan.

Pertarungan hewan buas terus berlangsung setelah itu namun tidak lama. “Haus darah” orang Romawi tampaknya sudah mereda. Mereka tidak lagi memiliki selera dan anggaran untuk membantai ribuan hewan selama 100 hari.

Venatio diadakan sampai sekitar abad ketujuh. Para arkeolog menemukan adegan perburuan pada mosaik, keramik, peralatan perak, dan benda-benda lainnya. Ini membuktikan bahwa subjek tersebut tetap populer di kalangan orang Romawi.

Pada saat era venatio berakhir, bangsa Romawi mengubah ekosfer seluruh wilayah kekaisaran. Mulai dari Afrika Utara ke Timur Tengah hingga pantai Mediterania Eropa. Mereka telah membantai banyak hewan hingga punah atau hampir punah.

   

Baca Juga: Kehidupan Budak di Balik Brutalnya Institusi Perbudakan Romawi

Baca Juga: Di Balik Kepemimpinan Kaisar Romawi, Ada Wanita Kuat dan Berpengaruh

Baca Juga: Silau akan Harta, Alasan Mengapa Orang Romawi Sukses dalam Peperangan

Baca Juga: Cara Orang Romawi Bawa Hewan Buas Ke Colosseum, Ini Penjelasannya

    

Di antara hewan yang dimusnahkan atau hampir dimusnahkan oleh orang Romawi adalah kuda liar Eropa, lynx Eurasia, gajah Afrika Utara, singa Barbary, dan banyak lainnya. Pada akhirnya, Romawi menyebabkan kematian massal terbesar sejak kepunahan megafauna Pleistosen yang membunuh mamut dan mastodon.

Sementara itu, ekspansi wilayah Romawi yang cepat ditambah dengan praktik pertanian yang tidak bertanggung jawab secara ekologis. Seluruh petak tanah beralih dari subur dan menghijau sampai kering dan tandus. Deforestasi massal dan penjarahan sumber daya alam membuat daerah seperti Sisilia dan sebagian besar Afrika Utara relatif tandus.

Meski venatio telah berakhir, daya tariknya tetap bertahan hingga zaman modern. Orang modern senang mengunjungi kebun binatang, menonton sirkus, dan menikmati pertunjukan lumba-lumba. Namun tentunya, tanpa darah dan kekerasan seperti di zaman Romawi kuno.

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo