Secara khusus, ia mencatat bahwa baik dentikel rostral Ischyrhiza mira dan gigi hiu modern memiliki lapisan enameloid yang sebagian besar terdiri dari mikrokristal fluorapatit yang dikemas bersama menjadi kumpulan yang berbeda. Menuju daerah luar enameloid, buntalan ini berjalan sejajar dengan permukaan gigi dan disebut "bundel enameloid paralel". Lebih dalam lagi, buntalan tersebut menjadi tersusun secara acak, sebuah wilayah yang dikenal sebagai "bundel enameloid kusut". Akhirnya, melewati lapisan ini adalah "bundel enameloid radial," yang terdiri dari mikrokristal berorientasi tegak lurus terhadap permukaan gigi.
Dari segi fungsi, Cook menjelaskan bahwa memiliki kumpulan kristal mikro yang diatur dalam berbagai orientasi memungkinkan gigi hiu untuk menahan tekanan mekanis yang terkait dengan makan. Demikian pula, ia mencatat, "Kemungkinan bahwa susunan mikrokristal yang dibundel dari enameloid dentikel rostral Ischyrhiza mira juga berfungsi sebagai cara untuk menahan kekuatan mekanis."
Namun, hasil yang paling mengejutkan dan konsekuensial dari penelitian ini adalah bahwa hal itu memberikan kontribusi penting pada perdebatan lama mengenai asal usul gigi, kata Cook. Secara khusus, dia menjelaskan, "Temuan ini memberikan bukti langsung yang mendukung hipotesis ‘outside-in'. Sebab menunjukkan bahwa sisik memiliki kapasitas untuk mengembangkan enameloid mirip gigi yang kompleks di luar mulut.”
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo