Venatoria Sebagai Permulaan Konservasi Satwa di Hindia Belanda

By Galih Pranata, Sabtu, 27 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Rudolph Kerkhoven yang berhasil melumpuhkan banteng dengan senapannya dalam perburuannya di venatoria, Cikepuh, Sukabumi sekitar tahun 1901. (Colectie Tropenmuseum)

Nationalgeographic.co.id—Dahulu, perburuan jadi salah satu rekreasi favorit di Hindia Belanda. Mulai dari orang Eropa hingga ratusan pribumi, turut memeriahkan perburuan. Di daerah Priangan umumnya, perburuan selalu meriah.

Kemunculan satwa liar memacu adrenalin para pemburu sebagai salah satu rekreasi tersendiri bagi mereka. Kasus perburuan tersebut pernah terjadi di tahun 1916, di wilayah belantara Ciater, Subang, Priangan.

Budi Gustaman menulis dalam jurnal Patanjala berjudul "Sisi Lain Kehidupan Preangerplanters: dari Perburuan hingga Gagasan Konservasi Satwa Liar" yang diterbitkan pada tahun 2019.

Saking ramainya, momen berburu itu juga sempat diabadikan oleh Ph.G. Carli dalam koran mingguan De Reflektor Geillustreerd Weekblad voor Ned-Indie. Terlihat suasana ramai yang kental dengan suasana rekreatif.

Struby, seorang administrator perkebunan di wilayah Ciater ini, mengundang orang-orang Belanda dan Inggris dari Batavia untuk berburu banteng di wilayah perkebunannya.

Perburuan ini dimeriahkan oleh keterlibatan 300 orang pribumi dengan dibangunnya 17 panggung. Tak kalah banyak juga jumlah orang-orang Belanda yang terlibat dalam perburuan tersebut.

Para pribumi membawa sejumlah kentongan bambu untuk mengundang satwa liar, seperti badak dan banteng, keluar dari persembunyiannya. "Setelah satwa liar mulai bermunculan, pemburu yang terdiri dari orang Eropa dan pribumi mulai menembakinya," imbuh Gustaman.

Eduard Julius Kerkhoven yang sering memfasilitasi tamu-tamu yang akan berburu di wilayah Garut atau Cianjur, merasa tidak sepakat dengan perburuan jenis ini. Baginya, perburuan ini seperti pembantaian hewan yang terorganisir.

Kerkhoven yang tidak suka terhadap tata cara perburuan ini, memiliki keinginan untuk membeli sebidang tanah di pantai selatan, sebuah alam liar dengan hutan dan gunung-gunung.

Potret rekreatif perburuan di Ciater, Subang sekitar tahun 1916. (Ph. G. Carli/De Reflektor: Geillustreerd Weekblad voor Ned-Indie)

Keinginan ini pada akhirnya terealisasi dengan pendirian perkumpulan berburu bernama venatoria pada 1898 oleh Rudolf Eduard Kerkhoven dan Adriaan Kerkhoven. Venatoria inilah yang kemudian menjadi cikal bakal konservasi satwa di Hinida Belanda.

"Venatoria memiliki wilayah perburuan khusus di Cikepuh, Sukabumi. Pemilihan Cikepuh diperkirakan karena berdekatan dengan wilayah perkebunan, serta masih banyaknya satwa liar, seperti banteng dan rusa," terusnya.