Nationalgeographic.co.id—Surutnya permukaan air Sungai Danube selama gelombang panas yang melanda seluruh Eropa baru-baru ini, telah menyingkap lebih banyak bangkai kapal dari armada kapal perang Nazi Jerman. Dulunya, kapal-kapal ini sengaja ditenggelamkan di sana pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II.
Bangkai-bangkai kapal dari sekitar 20 kapal perang itu sekarang terlihat di dekat Kota Prahovo di Serbia timur. Serbia merupakan salah satu dari 10 negara yang dilalui Sungai Danube antara Jerman barat dan Laut Hitam, menurut kantor berita Reuters.
Banyak dari bangkai kapal itu masih mengandung berton-ton amunisi yang belum meledak yang membahayakan nelayan setempat, lalu lintas sungai, dan satwa liar. Oleh karena itu, pemerintah Serbia memiliki rencana untuk memindahkan bangkai-bangkai kapal tersebut.
Kini, ketika permukaan air sungai turun, bangkai-bangkai kapal perang yang berpotensi meledak menimbulkan bahaya yang lebih besar dari biasanya. Beberapa bangkai kapal terlihat bagian menara, jembatan komando, tiang rusak, dan lambung bengkoknya, sementara beberapa kapal yang lain sebagian besar bagiannya terendam di bawah gundukan pasir.
"Armada Jerman telah meninggalkan bencana ekologis besar yang mengancam kami, rakyat Prahovo," kata sejarawan lokal Velimir Trajilovic, diberitakan Reuters.
Ketinggian air Danube dan banyak sungai besar lainnya di Eropa telah turun selama bulan-bulan terakhir dengan suhu tinggi dan curah hujan yang lebih rendah dari biasanya. Di Serbia, pihak berwenang telah mulai menggunakan kapal keruk (derek pengangkut terapung yang dapat memperdalam dasar sungai) untuk menjaga saluran yang dapat dilayari di Danube tetap terbuka untuk lalu lintas sungai.
Namun, keberadaan bangkai-bangkai kapal di sana telah mengurangi lebar saluran di Prahovo menjadi hanya 100 meter. Jauh lebih sempit dibanding lebar biasanya yang mencapai 180 meter.
Baca Juga: Membongkar Kuburan Abad Pertengahan di dekat Sungai Danube di Jerman
Baca Juga: Jejak Kaki Dinosaurus di Texas Terungkap Ketika Sungai Mengering
Baca Juga: Sepuluh Sungai Terpanjang Dunia: Mana yang Airnya Masih Mengalir Bebas
Armada Laut Hitam
Sekitar 200 kapal perang dari armada Jerman di Laut Hitam sengaja ditenggelamkan di Danube dekat Prahovo atas perintah komandannya menjelang akhir tahun 1944. Sang komandan, Laksamana Muda Paul-Willy Zieb dari Kriegsmarine, adalah angkatan laut Jerman dari tahun 1935 hingga 1945 .
Zieb memimpin konvoi kapal perang, tentara, dan warga sipil dari wilayah Laut Hitam ke Danube saat mereka mundur dari militer Soviet yang maju melalui Rumania setelah Agustus 1944, menurut surat kabar Jerman Der Tagesspiegel.
Nahasnya, "Battlegroup Zieb" atau pasukan perang yang dikomandoi Zieb itu mendapat serangan berat dari pantai yang dikuasai Soviet di utara. Zieb kemudian memerintahkan pasukannya untuk menenggelamkan kapal-kapal perang mereka di Prahovo pada akhir September 1944. Ia juga memerintahkan para personel untuk berjalan kaki ke Beograd, ibu kota Serbia, yang saat itu dikuasai oleh militer Jerman.
Ide Zieb adalah dengan sengaja menenggelamkan kapal-kapal perang Jerman itu dalam garis zig-zag agar setidaknya dapat memperlambat laju pergerakan Soviet. Tapi ternyata hal itu tidak membantu, dan Nazi Jerman akhirnya tetap menyerah kepada Soviet dan Sekutu pada Mei 1945.
Sisa-sisa kapal itu kini menjadi penghalang berbahaya bagi perahu-perahu di Danube terutama ketika permukaan air sungai surut setiap musim panas. Beberapa bangkai kapal telah dievakuasi atau dibersihkan setelah perang berakhir, tetapi sebagian besar masih ada di sana. Tahun ini, pemerintah Serbia mengusulkan operasi senilai 30 juta dolar Amerika Serikat untuk menyingkirkan kapal-kapal itu.
Turunnya Permukaan Air
Eropa telah mengalami gelombang panas di musim panas baru-baru ini, menurut media milik negara Jerman Deutsche Welle. Hal ini telah memperburuk tingkat air yang rendah di sungai-sungai besar seperti Danube meski itu bukan masalah baru.
Komisi Internasional untuk Perlindungan Sungai Danube (International Commission for the Protection of the Danube River), sebagaimana dikutip dari Live Science, mencatat bahwa bendungan, waduk, jaringan irigasi, pertahanan banjir, dan kanal untuk navigasi perahu di sungai utama Danube dan banyak anak sungainya telah mengurangi aliran sungai. Mereka juga menyebut bahwa bendungan dan waduk pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu ancaman terbesar bagi sungai dan debit airnya itu.
Sungai Danube pernah menjadi sungai bercabang lebar dalam jaringan regional yang luas dari anak-anak sungai dan daerah terpencil, menurut organisasi lingkungan World Wide Fund for Nature (WWF). Tetapi lebih dari 80% dari panjang Danube sekarang diintervensi pemerintah, dan lebih dari 700 bendungan dan dam telah dibangun di anak-anak sungai itu sejak abad ke-19, lapor WWF.
Lebih dari 80 juta orang tinggal di cekungan Danube di Eropa tenggara, dan lebih dari 20 juta bergantung langsung pada Danube untuk mendapatkan air.
Namun, Danube sekarang menjadi salah satu dari 10 sistem sungai yang paling terancam di dunia. Campur tangan manusia, terutama selama era industrialisasi yang cepat pada abad ke-19 dan ke-20, telah menghancurkan kehidupan satwa liar dan menimbulkan berbagai masalah lingkungan di sekitar sungai tersebut.