Menurut cerita, karena rindu akan sang istri yang dibunuhnya, Nero menikahi seorang anak laki-laki karena kemiripannya.
Jika dibandingkan dengan Elegabalus yang memerintah pada 218-222 Masehi, maka ketiga kaisar di atas tampak suci.
Elegabalus terkenal karena ingin mengubah dirinya menjadi seorang wanita.
Seperti Caligula, ia membuka rumah bordil istana. Di sana ia menjual tubuhnya kepada penawar tertinggi.
Aktivitas seksual antara pria dewasa dengan anak laki-laki
Aktivitas yang dianggap paling tidak bermoral bagi orang di zaman modern adalah aktivitas seksual antara pria dewasa dan anak laki-laki. Sama seperti orang Yunani kuno, orang Romawi menganggap berhubungan seks dengan anak kecil, baik laki-laki atau perempuan, sebagai aktivitas seksual yang benar-benar normal.
Mirisnya, orang Romawi menggunakan anak-anak budak untuk memuaskan hasrat seksual mereka. Jika aktivitas ini dianggap tidak bermoral di zaman modern, justru sebaliknya yang terjadi di zaman Romawi kuno. Orang Romawi yang tidak melakukan hubungan seks dengan anak laki-laki justru dianggap aneh dan tidak disukai.
Orang Romawi yang kaya memiliki puer dellicatus, seorang budak laki-laki kecil untuk memuaskan hasrat pedofilia mereka. Puer dellicatus selalu memastikan dirinya terlihat menarik di mata tuannya. Maka, mereka juga memiliki budak khusus untuk membantu menjaga penampilannya itu.
Pesta seks religius
Bangsa Romawi kuno terkenal karena festival keagamaan mereka, yang sering kali hanya menjadi alasan untuk pesta pora.
Pesta-pesta seks religius Romawi sangat besar, terorganisir dengan baik, dan penuh skandal. “Ini melibatkan semua kelas masyarakat Romawi, pria dan wanita,” tambah Preskar.
Salah satu festival keagamaan tersebut adalah Bacchanalia.
Bacchanalia didedikasikan untuk Bachus, dewa anggur, intoksikasi, dan ekstasi Romawi.
Bacchanalia terkenal dengan jumlah anggur yang berlebihan, musik yang keras, dan aktivitas seks. Para peserta festival berhubungan seks di mana-mana dengan semua orang sepanjang waktu.
Masyarakat Romawi adalah masyarakat militer. Seorang prajurit tidak pernah tahu berapa lama dia akan hidup. Maka kredo prajurit Romawi adalah Carpe diem, menikmati waktu sekarang tanpa memikirkan masa depan.
Selama berabad-abad, ketika kekuatan dan kekayaan Romawi tumbuh, kompas moral mereka memburuk. Ini membuat masyarakat Romawi menjadi rusak secara moral.
Perbudakan seks, pornografi yang berlebihan, dan pedofilia adalah beberapa ciri masyarakat Romawi yang merendahkan martabat manusia. Namun, semua ini dianggap normal dan dapat diterima di mata orang Romawi pada umumnya.