Dimulai dari Tapak, Kunci Membangun Ketahanan terhadap Krisis Iklim

By Utomo Priyambodo, Kamis, 8 September 2022 | 10:00 WIB
Masyarakat adat Cireundeu. Terkenal dengan ketahanan pangan dengan cara tradisional. (Zika Zakiya)

Banyak juga pemuda, setelah kehilangan pekerjaan di kota akibat pandemi, kembali ke desa untuk menggarap lahan-lahan pertanian keluarga mereka. Ada juga pemuda kota yang menggarap lahan-lahan kosong yang tersisa di kota untuk disulap jadi lahan pertanian.

  

Baca Juga: Mitigasi dan Adaptasi Iklim, Upaya Kunci Menghadapi Perubahan Iklim

Baca Juga: Perubahan Iklim dan Penangkapan Berlebihan Menguras Stok Ikan Global

Baca Juga: Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Air Laut dan Ekosistem?

  

Kondisi musim yang tak menentu akibat perubahan iklim membuat mereka lebih kreatif untuk menanam jenis-jenis tanaman lain sebagai selingan atau tambahan. Hal ini kerap disebut sebagai diversifikasi atau usaha penganekaragaman produk.

Dengan hadirnya teknologi digital, kata Sarwono, telah terjadilah fenomena yang menarik dan penting. Komunikasi dan proses pertukaran kemampuan dan inovasi telah terjadi antar-para pelaku ketahanan iklim dan ketahanan FEW.

Sarwono mengatakan, karakter para pelaku tidak bisa digolongkan sesuai dengan klasifikasi yang biasa ditemui. "Sebagai contoh, praktik pertanian yang inovatif bisa diperlihatkan oleh kaum muda non-petani bahkan di lingkungan perkotaan," katanya.

#SayaPilihBumi, gerakan sosial yang digagas National Geographic Indonesia sejak 2018, yang berupaya menyadarkan kita bahwa setiap aktivitas kecil kita dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh pada ketahanan iklim dan kelestarian bumi. #SayaPilihBumiFestival akan digelar pada Oktober mendatang di sini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, kolaborasi komunitas dalam pelestarian bumi, sampai konser musik.