Nationalgeographic.co.id—Kabar dunia hewan terbaru, para ahli telah mengidentifikasi delapan spesies baru tokek kerdil di Madagaskar. Spesies yang baru diidentifikasi ini milik tokek subgenus Domerguella dalam genus Lygodactylus, dan masing-masing tidak lebih panjang dari jari telunjuk Anda.
Temuan tersebut dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Zootaxa. Makalah tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "Integrative revision of the Lygodactylus madagascariensis group reveals an unexpected diversity of little brown geckos in Madagascar’s rainforest."
Dijelaskan, reptil Madagaskar, sebagai seluruh fauna dan flora pulau, dicirikan oleh keanekaragaman spesies yang tinggi dan jumlah endemik yang mencolok.
Meskipun distribusi, ekologi dan reproduksi beberapa kelompok reptil telah dipelajari lebih intensif daripada kelompok hewan lain, sebagian besar spesies masih belum diketahui secara lengkap.
Hal ini juga tercermin dari kurangnya informasi taksonomi, yang ditunjukkan oleh banyak garis keturunan genetik dalam yang masih belum direvisi dan diberi nama ilmiah.
Spesies kandidat ini didistribusikan secara relatif merata di semua kelompok utama reptil Malagasi. Akibatnya, banyak penelitian terbaru merevisi dan menamai satu atau sejumlah spesies baru, misalnya pada tokek.
Salah satu kelompok reptil Malagasi dengan jumlah calon spesies yang sangat tinggi adalah genus Lygodactylus.
Kelompok spesies Lygodactylus madagascariensis, yang merupakan subgenus Domerguella, saat ini berisi lima spesies tokek kerdil yang tidak mencolok dari hutan lembab Madagaskar.
Tetapi setidaknya 18 garis keturunan genetik yang dalam telah diungkapkan oleh studi molekuler baru-baru ini.
Tokek kerdil hari ini terdiri dari lebih dari 70 spesies yang saat ini dideskripsikan di seluruh Afrika, Madagaskar, dan sebagian Amerika Selatan.
Di Madagaskar, lebih dari 20 spesies saat ini diketahui. Kebanyakan dari mereka termasuk dalam subgenus Domerguella.
"Domerguella kecil, hanya 5 hingga 7 cm atau sekitar 2-2,8 inci dari hidung hingga ujung ekor," kata Mark Scherz, kurator herpetologi di Natural History Museum of Denmark, dilansir Sci-News.
"Kami pikir ukurannya yang kecil mungkin berperan dalam cara mereka berspesiasi."
"Karena hewan kecil umumnya kurang mampu berpindah dari satu area ke area lain, dan lebih mungkin terisolasi oleh penghalang seperti sungai yang muncul di antara populasi."
Menurut peneliti, ini bisa menjelaskan mengapa mereka melihat pola seperti ini pada katak kecil, bunglon, dan sekarang juga tokek yang kami pelajari di Madagaskar.
Spesies yang baru diidentifikasi adalah Lygodactylus tantsaha, Lygodactylus salvi, Lygodactylus roellae, Lygodactylus hapei, Lygodactylus winki, Lygodactylus ulli, Lygodactylus fritzi, dan Lygodactylus hodikazo.
"Ini adalah penemuan yang luar biasa," kata Profesor Miguel Vences, seorang peneliti di Technische Universität Braunschweig.
"Di Montagne d'Ambre di utara Madagaskar kami pikir kami hanya mengumpulkan satu spesies, tetapi sekarang kami menemukan ada empat."
Baca Juga: Dunia Hewan: Memahami Hydra, dari Penyembuhan Luka Hingga Regenerasi
Baca Juga: Dunia Hewan: Selain Warna, Lebah Gunakan Pola untuk Menemukan Bunga
Baca Juga: Dunia Hewan: Inilah Hewan yang Menghasilkan Wol Termahal di Dunia
Ia mengatakan, empat spesies yang berbeda dan berkerabat dekat yang hampir tidak dapat dibedakan dengan kita, muncul bersama di tempat yang sama. "Tampaknya tanpa kawin silang -ini luar biasa, bahkan untuk Madagaskar," katanya.
"Hasil ini menyoroti betapa pentingnya kami terus mengumpulkan sampel di seluruh Madagaskar, bahkan spesies yang kami pikir kami pahami. Masih banyak lagi yang bisa ditemukan," tambah Frank Glaw, kurator herpetologi di Zoologische Staatssammlung München.
Lima spesies yang kita ketahui, kata peneliti, sebelumnya sebagian besar dianggap tidak terancam. "Tetapi delapan spesies baru semuanya mungkin terancam punah atau hampir punah," kata Fanomezana Ratsoavina, seorang peneliti di University of Antananarivo.
"Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk terus bekerja menemukan, mendeskripsikan, dan menilai status konservasi satwa liar Madagaskar."