Gerwani: Sepenggal Mimpi Buruk Wanita Indonesia Pascatragedi G-30-S

By Galih Pranata, Jumat, 16 September 2022 | 13:00 WIB
Anggota Organisasi Perempuan Indonesia Gerakan Wanita (Gerwani), Marwani Pardede berpidato di depan para delegasi. Ia berpidato pada Kongres Federal VII di Dynamo Sports Hall, Berlin pada 3 November 1960. (Irene Eckleben/German Federal Archives)

Carmel menggambarkan dalam bukunya tentang situasi kekerasan yang menimpa Gerwani di dalam sel tahanan. Mereka yang ditetapkan sebagai Tapol (Tahanan Politik) mengalami kejahatan berupa penyiksaan dan perkosaan.

Menyedihkannya, kejahatan yang dialami sejumlah Gerwani itu tidak dapat dibendung. Mereka tak mendapatkan perlindungan dari pemerintah, aktivis perempuan, ataupun perlindungan HAM.

Selain dari buku Carmel, Josepha juga membaca buku Selamat Tinggal Indonesia (1995) karya Ruth Havelaar. Dari buku Ruth, terungkap bahwa "ternyata bukan hanya aparat pemerintah yang menganiaya orang-orang yang dianggap terlibat G-30-S, tapi juga sebagian masyarakat."

Peresmian Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) pada 25 Januari 1954. (Suara Indonesia/Wikimedia)

Selepasnya, banyak wanita yang menjadi mantan narapidana setelah tahun-tahun sulit itu, memiliki trauma yang besar. Mereka mengalami sakit fisik karena mendapatkan penganiayaan dan sejumlah kejahatan seksual.

Adapula sejumlah kawanan wanita yang tak berdosa, ikut ditahan karena dicurigai sebagai Gerwani. Teror, intimidasi, penangkapan, penyiksaan, dan pemenjaraan selama bertahun-tahun di tengah ketidakmengertian tentang apa yang sebenarnya terjadi sudah menghancurkan seluruh cita-cita dan harapan yang mereka bangun.

Para wanita dengan trauma dan sejumlah luka yang tersimpan, bertahan dan menyembunyikan diri dari kesedihannya. Mereka tak mau membuka diri sebagai korban dari kekerasan sebagai tapol. 

Para wanita yang ditahan hanya bisa berpasrah dan bertahan. "Bagi mereka kemudian, yang terpenting adalah bagaimana bisa bertahan hidup dan anak-anak mereka tidak mengalami nasib seburuk ibunya," terus Josepha.