National Geographic Indonesia pernah menulis beberapa artikel mengenai keistimewaan kawasan Geopark Maros Pangkep. Kawasan ini terkenal dengan "tower karst"-nya, berupa tebing batu kapur yang menantang dan bukit nan menjulang.
Karst yang di dalamnya mengalir sungai-sungai bawah tanah sepanjang puluhan kilometer ini menjadi tempat bergantung bagi banyak orang. Di kaki-kaki tebing, banyak muncul mata air yang digunakan sebagi sumber air bersih, air yang tidak pernah kering meskipun kemarau datang.
Karst Maros tidak hanya tentang pemandangan dan bentang alam dengan gua-guanya yang spektakuler, tetapi juga tentang tempat hidup berbagai jenis hewan, khususnya hewan-hewan gua yang tidak banyak dikenal orang. Banyak spesies baru yang belum dikenal sains yang ditemukan di wilayah ini. Kawasan ini adalah tempat yang istimewa karena menjadi rumah bagi beberapa spesies endemik yang langka.
National Georaphic Indonesia juga pernah menulis bahwa gambar atau lukisan figuratif perburuan tertua pernah ditemukan di Situs Leang Bulu' Sipong 4. Situs ini merupakan satu dari ratusan gua di wilayah karst Maros-Pangkep.
Lukisan yang ditemukan di gua Maros-Pangkep tersebut menggambarkan adegan sekelompok figur setengah manusia dan setengah hewan (therianthropes) yang sedang berburu hewan mamalia besar dengan tombak maupun tali. Hasil pengukuran peluruhan radio aktif dari uranium dan elemen lainnya dari pembentukan mineral yang terjadi di Leang Bulu’ Sipong 4 mengungkapkan bahwa lukisan tersebut diperkirakan berusia antara 35.100 sampai 43.900 tahun yang lalu. Hal ini menjadikannya menjadi lukisan figuratif perburuan tertua di dunia.
Baca Juga: Merebut Status UNESCO Global Geopark Bagi Pulau Belitung Melalui Kayak
Baca Juga: Melintasi Tanjung Kelayang Demi Meraih Predikat Unesco Global Geopark
Baca Juga: Sudah Saatnya, Danau Poso Dijadikan Taman Bumi Berkelanjutan
Penemuan ini menegaskan bahwa komponen utama dari budaya artistik yang sangat maju telah hadir di Sulawesi sekitar 44 ribu tahun yang lalu, termasuk seni figuratif, adegan kejadian, dan therianthropes. Lebih lanjut, penggambaran figur pemburu dalam bentuk therianthropes merupakan bukti tertua bagi kemampuan manusia untuk mengimajinasikan keberadaan supernatural yang merupakan titik permulaan pengalaman terhadap kepercayaan rohani.
Therianthropes sendiri sering ada di dalam cerita rakyat atau cerita fiksi pada masyarakat modern di semua tempat dan digambarkan sebagai Tuhan, roh, maupun perwujudan leluhur di semua agama di dunia. Kawasan Geopark Maros Pangkep saat ini menjadi rumah bagi penggambaran tertua tentang therianthropes, dan lebih tua dari manusia singa yang ditemukan di Jerman pada sekitar 40 ribu tahun silam.
Dengan kata lain, manusia di Maros Pangkep telah menciptakan sebuah karya seni yang mengekspresikan pemikiran spiritual tentang ikatan khusus antara manusia dan hewan jauh sebelum seni serupa ditemukan di Eropa, yang selama ini diasumsikan sebagai akar dari kebudayaan keagamaan modern.