Mimpi Digunakan sebagai Alat Diagnosis oleh Dokter di Zaman Romawi

By Sysilia Tanhati, Kamis, 15 September 2022 | 11:00 WIB
Beberapa fakta seputar ilmu kedokteran di zaman Romawi mungkin terdengar aneh. Misalnya, ketika dokter Romawi menggunakan mimpi sebagai alat diagnosis. (C Gilbert)

Nationalgeographic.co.id—Di zaman Romawi, pengobatan dilakukan dengan menggabungkan pengetahuan ilmiah dengan kepercayaan supernatural dan agama. Para dokter Romawi mengadopsi banyak praktik dan filosofi dokter Yunani Hippocrates. Agar terhindar dari penyakit, orang Romawi juga mengenakan jimat khusus. Mereka pun mempersembahkan nazar di kuil dewa yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Beberapa kebiasaan bangsa Romawi mungkin dianggap aneh di zaman modern. Misalnya, dokter di zaman Romawi menggunakan mimpi sebagai alat diagnosis. Bukan hanya itu, ada beberapa fakta mengejutkan dari dunia kedokteran di zaman Romawi, seperti darah gladiator untuk pengobatan epilepsi.

Dokter menggunakan mimpi sebagai alat diagnosis

Banyak dokter Romawi kuno mempertimbangkan mimpi ketika membuat diagnosis dan menentukan perawatan. Mereka percaya bahwa mimpi itu bisa menjadi sinyal dari jiwa tentang ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.

Mimpi dapat memberikan wawasan tentang pasien yang tidak bisa dilakukan dengan pengamatan langsung.

"Mimpi sering kali menunjukkan kekurangan dan kelebihan serta kualitas cairan tubuh," tulis Galen, dokter Yunani di zaman Romawi. Misalnya, mimpi yang mengandung salju atau es dianggap menunjukkan kelebihan dahak. Sedangkan mimpi yang menampilkan api menandakan peningkatan kadar empedu.

Galen mendiagnosis seorang pegulat yang bermimpi berjuang untuk bernapas sambil berdiri di tangki darah. Menurutnya, pegulat itu menderita kelebihan cairan tubuh dan darahnya harus dibuang.

Darah dan hati gladiator yang mati dipercaya dapat menyembuhkan epilepsi

Tanpa pemahaman ilmiah tentang epilepsi, dokter Romawi menganjurkan agar penderitanya meminum darah gladiator. Darah hangat itu diambil dari tenggorokan gladiator yang disembelih sebagai obat mujarab.

"Darah para gladiator diminum oleh penderita epilepsi seolah-olah itu adalah darah kehidupan," tulis Plinius yang Tua. Dokter juga menganjurkan konsumsi hati gladiator sebagai pengobatan.

Menurut dokter Romawi Scribonius Largus, penonton akan maju dan mengambil sepotong hati dari gladiator tewas di pertarungan. Namun mengapa darah dan hati gladiator digunakan sebagai obat? Gladiator dipandang sebagai simbol kejantanan yang meninggal dalam keadaan sehat, mungkin ini jadi salah satu alasannya.

Pengaruh tabib Romawi kuno terhadap praktik kedokteran selama 1.300 tahun setelah kematiannya

Lahir dan dibesarkan di Yunani, Galen dari Pergamon mempelajari teori anatomi dan fisiologis di Alexandria, Mesir. Ia kemudian mengasah keterampilan medisnya dengan merawat gladiator yang terluka di tempat kelahirannya. Saat menetap di Roma tahun 162 Sebelum Masehi, Galen melakukan operasi, menganjurkan olahraga, diet seimbang, kebersihan yang baik dan mandi. Menurutnya otak, bukan jantung, yang mengendalikan tubuh.