Nationalgeographic.co.id—Keledai adalah salah satu hewan di dunia hewan yang telah membentuk sejarah umat manusia. Baik sebagai sumber tenaga untuk pekerjaan pertanian, dan transportasi di daerah yang terkadang sulit untuk dijangkau.
Sidik jari genetik menunjukkan bahwa keledai liar Afrika adalah nenek moyang keledai domestik. Sehingga menjadikan keledai satu-satunya hewan domestik penting yang diketahui berasal dari Afrika.
Domestikasi hewan adalah perkembangan kunci dalam budaya manusia. Daging hewan datang lebih dulu, di antaranya sapi, domba, kambing dan babi awalnya dijinakkan antara 10.000 dan 11.000 tahun yang lalu. Sedangkan hewan yang berguna untuk membawa beban dan manusia, seperti kuda, keledai, dan unta, muncul belakangan sekitar 5.000 tahun yang lalu, yang meningkatkan perdagangan dan mobilitas.
Keledai sangatlah penting, karena lebih kecil, lebih tahan lama. Bahkan lebih mudah ditangani dan diberi makan daripada kuda. Peninggalan tertua berasal dari 5.000 hingga 6.000 tahun yang lalu di Mesir. Sedikit kemudian di Mesopotamia dan Iran. Namun, tujuan domestikasi asli mereka tidak diketahui.
Untuk memecahkan misteri, Albano Beja-Pereira dari Universitas Joseph Fourier di Grenoble, Prancis, mengunjungi 52 negara. Ia mengumpulkan sampel dari keledai domestik dan dari keledai liar serta kerabat mereka di Afrika dan Asia.
Perbandingan DNA mitokondria mengungkapkan dua populasi berbeda dari keledai domestik. Salah satunya jelas berasal dari subspesies keledai liar Nubia, Equus asinus africanus. Yang kedua dekat dengan keledai liar Somalia, Equus asinus somaliensis. Akan tetapi tidak termasuk dalam kisaran liar.
Kelompok Beja-Pereira menunjukkan bahwa keledai kemungkinan besar didomestikasi dua kali, satu kali dari masing-masing dua keledai liar Afrika yang ada, yang menyimpang ratusan ribu tahun yang lalu. Studi genetik spesies ternak lain juga menunjukkan bahwa mereka didomestikasi lebih dari sekali.
Dalam upaya untuk memahami sejarah domestikasi keledai ini, tim penelitian lain di Pusat Antropobiologi dan Genomik Toulouse (CNRS/ Université Toulouse 3 Paul Sabatier) serta ilmuwan dari 37 laboratorium di seluruh dunia juga bekerja sama. Mereka membangun dan menganalisis panel genom terlengkap yang pernah dipelajari untuk hewan bersahabat ini.
Panel tersebut berisi genom 207 keledai kontemporer yang hidup di semua benua. Serta 31 keledai awal dan 15 equid liar. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 8 September di jurnal Science, para peneliti mengungkapkan bahwa keledai pertama kali dijinakkan di Afrika pada 5000 SM. Sekitar waktu ketika Sahara menjadi wilayah gurun yang kita kenal saat ini. Makalah tersebut mereka beri judul The genomic history and global expansion of domestic donkeys.
Baca Juga: Dunia Hewan: Teknologi Canggih Membantu Pelestarian Badak Putih Utara
Baca Juga: Dunia Hewan: Ular Langka Ditemukan Mati Tersedak Kelabang Raksasa
Baca Juga: Dunia Hewan: Koral Mewariskan Mutasi yang Diperoleh Selama Hidupnya
Hanya 2.500 tahun kemudian keledai meninggalkan tempat asalnya di Afrika dan mencapai Eropa juga Asia. Di mana spesies ini mengembangkan garis keturunannya. Dalam beberapa kasus, keturunannya masih ada sampai saat ini.
Dengan menganalisis sisa-sisa arkeologi, para ilmuwan juga menemukan bukti garis keturunan genetik keledai yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka hidup di Levant 2.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, pengaruh garis keturunan ini diperkirakan meluas jauh melampaui wilayah tersebut. Dan hingga saat ini, fragmen dari warisan genetiknya dapat ditemukan di seluruh Eropa.
Penemuan ini menyerukan penggalian arkeologi baru untuk menemukan sumber awal domestikasi di Afrika. Serta pengurutan genom keledai awal lainnya di kedua tepi laut Mediterania. Hal ini untuk lebih memahami lagi peran hewan ini dalam sejarah perdagangan antara Eropa dan Afrika Utara.