Nationalgeographic.co.id—Para ahli botani telah melaporkan penemuan empat spesies baru anggrek di Australia. Spesies anggrek yang baru diidentifikasi termasuk dalam dua genera, yaitu Calochilus dan Dipodium. Para peneliti telah menghabiskan 30 tahun mencari anggrek di wilayah Kimberley yang berbatu di Australia Barat.
Tiga dari spesies baru anggrek endemik di wilayah Kimberley yang berbatu di Australia Barat. Deskripsi lengkap temuan tersebut telah diterbitkan di jurnal Telopea.
Jurnal akses terbuka tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "A revision of Orchidaceae from the Kimberley region of Western Australia with new species of tropical Calochilus and Dipodium."
Spesies baru anggrek ini yaitu, Calochilus kimberleyensis, Dipodium ammolithum dan Dipodium basalticum. Ketiganya merupakan spesies endemik di wilayah Kimberley. Sementara spesies keempat, Calochilus barbarossa ditemukan di Northern Territory Australia.
"Kimberley memiliki iklim musiman yang kuat, termasuk musim kemarau sembilan bulan, mudah untuk berpikir bahwa hanya ada sedikit habitat yang tersedia untuk anggrek," kata Russell Barrett, seorang peneliti di National Herbarium of New South Wales seperti dilansir dari phys.org.
"Menemukan anggrek di daerah terpencil bisa menjadi proses yang lambat, dan penelitian ini membutuhkan waktu 30 tahun untuk mencapai publikasi."
Ia mengatakan, banyak orang telah membantu pencarian selama beberapa dekade, terutama penduduk lokal Kimberley, Robin dan Butch Maher, "keduanya dengan mata yang tajam untuk habitat potensial, dan yang terpenting, sebuah helikopter di tangan," kata Barret.
Mereka menggunakan helikopter, 4WD, dan sepeda quad untuk melintasi wilayah terpencil, sejauh ini menemukan tiga anggrek pohon dan 17 anggrek tanah.
"Salah satu tantangan utama dalam memahami keanekaragaman spesies adalah banyaknya hubungan antara Kimberley, Asia Tenggara, dan bagian lain Australia utara."
Dijelaskan, bahwa wilayah Kimberley sebagian besar merupakan hutan belantara yang tidak dikelola atau lahan penggembalaan bebas. Wilayah tersebut menjadi sasaran invasi gulma, hewan liar dan kebakaran skala luas yang berfrekuensi tinggi.
Kondisi tersebut masing-masing menghadirkan ancaman bagi habitat dan spesies anggrek. Konservasi anggrek yang berhasil di wilayah tersebut pada akhirnya akan bertumpu pada konservasi habitat karena sebagian besar spesies hanya terdapat di habitat tertentu.
Dalam beberapa kasus, habitat tertentu dapat dipagari secara menguntungkan untuk melindungi anggrek dari kerusakan oleh hewan liar, terutama yang dekat dengan titik sumber air.
Beberapa habitat mungkin memerlukan pengendalian gulma khusus untuk mempertahankan populasi anggrek.
"Beberapa spesies tetap sangat kurang dikenal di Kimberley, dengan hanya satu lokasi yang dikenal untuk tiga anggrek tanah, Habenaria hymenophylla, Spiranthes sinensis, dan Zeuxine oblonga," kata Barrett.
"Hanya satu situs yang tercatat untuk anggrek pohon Dendrobium foelschei, tetapi populasinya kemudian terbunuh oleh api panas yang menghanguskan pohon Melaleuca tempat ia tumbuh, sehingga spesies ini mungkin tidak lagi ada di Kimberley."
Menurut mereka, hewan liar seperti babi juga bisa merusak anggrek dan habitatnya.
"Banyak hubungan anggrek yang masih kurang dipahami dan data genetik baru kemungkinan akan mengarah pada perubahan nama tambahan di tahun-tahun mendatang, dan bahkan mungkin spesies tambahan," kata Barret.
Ia menjelaskan, bahwa anggrek seperti Habenaria eurystoma tumbuh di daerah yang sangat tersembunyi di Australia Barat, Northern Territory, dan Queensland, dipisahkan oleh 1.000 km atau lebih.
"Masih harus ditentukan berapa lama populasi ini telah dipisahkan, dan apakah lebih dari satu spesies harus dikenali. Data genetik mungkin sangat penting dalam menjawab pertanyaan seperti itu," kata Barret.
Barrett mengatakan mereka berharap penelitian mereka ini akan meningkatkan pemahaman dan apresiasi tanaman dan lanskap Kimberley dan mempromosikan penelitian lebih lanjut.
Kepala Eksekutif Royal Botanic Gardens dan Domain Trust Denise Ora mengatakan penelitian yang dilakukan Institut sangat penting untuk memahami dan melestarikan lingkungan kita.
"Di seluruh negeri dan secara global, para ilmuwan kami memastikan lebih banyak ditemukan tentang spesies tanaman sehingga kami dapat terus melindungi mereka," katanya.