Untuk diketahui, Biobank Inggris mencakup data setengah juta pria dan wanita, berusia 40 hingga 69 tahun, yang menyelesaikan kuesioner dasar antara tahun 2006 dan 2010.
Semua peserta menjalani pemeriksaan fisik ketika mereka mendaftar dalam penelitian dari 2006 hingga 2010. Mereka juga memberikan sampel darah, urin, dan air liur.
Selain itu, mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang kebiasaan minum teh mereka selama periode ini.
Para peneliti menindaklanjuti mereka selama lebih dari satu dekade dan mencatat data tentang gaya hidup, diet, kesehatan, etnis, dan status sosial ekonomi para peserta.
Baca Juga: Ekstrak Teh Hijau Turunkan Gula Darah, Meningkatkan Kesehatan Usus
Baca Juga: Mengulik Kisah East India Company, Perusahaan Terkuat di Dunia Abad 17
Baca Juga: Minum Kopi dan Teh Turunkan Risiko Strok? Inilah Penjelasannya
Penelitian mereka menunjukkan bahwa dari 498.043 peserta (berusia 40 hingga 69), 85 persen melaporkan minum teh secara teratur, sementara 89 persen melaporkan minum teh hitam. Mayoritas dari mereka yang minum teh memiliki antara dua dan lima cangkir per hari.
Menariknya, mereka yang peminum teh berat dalam penelitian ini lebih cenderung menjadi perokok. Mereka memiliki kesehatan umum yang lebih buruk dan makan lebih banyak daging merah dan olahan, semua faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian seseorang.
Berdasarkan hasil, peserta yang minum dua cangkir teh atau lebih setiap hari memiliki risiko kematian yang lebih rendah akibat penyakit kardiovaskular, penyakit jantung iskemik, dan stroke. Sayangnya, tidak ditemukan hubungan antara konsumsi teh dan kanker.
"Temuan ini menunjukkan bahwa teh, bahkan pada tingkat asupan yang lebih tinggi, dapat menjadi bagian dari diet sehat," kata para peneliti.