Nationalgeographic.co.id—Minum dua gelas teh per hari atau lebih dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah, menurut sebuah studi kohort prospektif baru. Temuan tersebut terlepas dari variasi genetik dalam metabolisme kafein.
Para peneliti menemukan, asupan teh minimal 2 gelas setiap hari dapat membantu mencegah masalah kesehatan tertentu. Laporan studi tersebut dipublikasikan di Annals of Internal Medicine.
Publikasi studi ini merupakan jurnal akses terbuka. Jurnal ini bisa didapatkan secara daring dengan judul "Tea Consumption and All-Cause and Cause-Specific Mortality in the UK Biobank."
Seperti diketahui, banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teh mengandung pigmen tumbuhan yang berkontribusi pada kesehatan yang lebih baik. Studi menunjukkan hubungan antara konsumsi teh dan risiko kematian yang lebih rendah pada populasi di mana teh hijau adalah jenis teh yang paling umum.
Ketika para peneliti membandingkan orang yang tidak minum teh, mereka yang minum dua cangkir atau lebih sehari memiliki risiko kematian antara 9 persen dan 13 persen lebih rendah dari semua penyebab utama kematian.
"Teh sering dikonsumsi di seluruh dunia, tetapi hubungan minum teh dengan risiko kematian tetap tidak meyakinkan pada populasi di mana teh hitam adalah jenis utama yang dikonsumsi," kata penulis utama Maki Inoue-Choi dari National Cancer Institute, National Institutes of Health, dan rekan kerja seperti dilansir Sci-News.
Dalam studi mereka, penulis mengevaluasi hubungan konsumsi teh dengan semua penyebab dan kematian spesifik penyebab. Mereka menggunakan data dari 498.043 peserta di Biobank Inggris, di mana minum teh hitam adalah hal biasa.
Mereka juga menilai apakah asosiasi berbeda dengan penggunaan aditif teh umum (susu dan gula), suhu teh, dan varian genetik yang mempengaruhi tingkat di mana orang memetabolisme kafein.
"Jika Anda tidak tahan minum tanpa susu atau gula, kabar baiknya masih berlaku," menurut para peneliti. Hasilnya tetap sama terlepas dari apakah orang tersebut menambahkan susu atau gula ke dalam teh mereka.
"Selama tindak lanjut rata-rata 11,2 tahun, asupan teh yang lebih tinggi secara sederhana dikaitkan dengan risiko kematian semua penyebab yang lebih rendah di antara mereka yang minum dua cangkir atau lebih per hari," peneliti menjelaskan.
"Temuan ini menunjukkan bahwa teh, bahkan pada tingkat asupan yang lebih tinggi, dapat bagian dari diet sehat."
Untuk diketahui, Biobank Inggris mencakup data setengah juta pria dan wanita, berusia 40 hingga 69 tahun, yang menyelesaikan kuesioner dasar antara tahun 2006 dan 2010.
Semua peserta menjalani pemeriksaan fisik ketika mereka mendaftar dalam penelitian dari 2006 hingga 2010. Mereka juga memberikan sampel darah, urin, dan air liur.
Selain itu, mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang kebiasaan minum teh mereka selama periode ini.
Para peneliti menindaklanjuti mereka selama lebih dari satu dekade dan mencatat data tentang gaya hidup, diet, kesehatan, etnis, dan status sosial ekonomi para peserta.
Baca Juga: Ekstrak Teh Hijau Turunkan Gula Darah, Meningkatkan Kesehatan Usus
Baca Juga: Mengulik Kisah East India Company, Perusahaan Terkuat di Dunia Abad 17
Baca Juga: Minum Kopi dan Teh Turunkan Risiko Strok? Inilah Penjelasannya
Penelitian mereka menunjukkan bahwa dari 498.043 peserta (berusia 40 hingga 69), 85 persen melaporkan minum teh secara teratur, sementara 89 persen melaporkan minum teh hitam. Mayoritas dari mereka yang minum teh memiliki antara dua dan lima cangkir per hari.
Menariknya, mereka yang peminum teh berat dalam penelitian ini lebih cenderung menjadi perokok. Mereka memiliki kesehatan umum yang lebih buruk dan makan lebih banyak daging merah dan olahan, semua faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian seseorang.
Berdasarkan hasil, peserta yang minum dua cangkir teh atau lebih setiap hari memiliki risiko kematian yang lebih rendah akibat penyakit kardiovaskular, penyakit jantung iskemik, dan stroke. Sayangnya, tidak ditemukan hubungan antara konsumsi teh dan kanker.
"Temuan ini menunjukkan bahwa teh, bahkan pada tingkat asupan yang lebih tinggi, dapat menjadi bagian dari diet sehat," kata para peneliti.