Cula Badak Sering Dipotong untuk Konservasi, Apakah Berbahaya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 23 September 2022 | 12:00 WIB
Perburuan badak hitam membuat spesies ini menghadapi tantangan konservasi. Pemotongan cula pun dilakukan. Penelitian terbaru mencari tahu apakah ada dampak pada kehidupan mereka dengan kita memotong culanya? (Gregorius Bhisma Adinaya)

Nationalgeographic.co.id - Badak merupakan hewan eksotis yang rentan punah. Kepunahan mereka yang paling signifikan akibat perburuan yang mencari cula mereka. Di alam liar, mereka tidak punya predator sejati yang mengintai mereka, kecuali manusia.

Tak segan-segan, biasanya para pemburu yang mengincar cula, melakukan pembunuhan terhadap badak di alam liar, dan mencabut paksa culanya dari kepala. Badak tersebar di Afrika dan Asia. Akan tetapi, yang kerap terjadi perburuan cula badak di Afrika demi kebutuhan permintaan yang tinggi di Asia. Cula mereka bisa menjadi ukiran hias dan pengobatan tradisional.

Segala upaya untuk melindungi makhluk ini dilakukan, mulai dari penangkaran hingga memperingati Hari Badak Sedunia setiap 22 September. Upaya lain yang kerap dilakukan oleh para jagawana adalah memotong cula badak menjadi sangat pendek.

Cula badak bukan seperti tanduk yang menyatu dengan tulang. Cula mereka terbuat dari keratin, bahan yang sama dengan pembentuk rambut dan kuku kita.

Namun, upaya konservasi memotong cula badak, terutama badak hitam. Hal ini jadi perhatian, mengingat cula mereka digunakan untuk bertahan hidup dan bertarung di alam liar.

Banyak yang percaya, jika kemampuan bertahan hidup ini dihilangkan. Dugaan itu berupa seekor badak bisa tewas jika sedang bertarung, dan punya dampak biologis, atau kurang menarik bagi lawan jenis untuk mengembangkan populasi.

Baca Juga: Vietnam Menjadi Konsumen Cula Badak Terbesar, Apa Alasan di Baliknya?

Baca Juga: Dunia Hewan: Teknologi Canggih Membantu Pelestarian Badak Putih Utara

Baca Juga: Eksperimen Menggantung Badak dari Helikopter Ini Raih Penghargaan

Baca Juga: Menyedihkan, Video Ini Tunjukkan Badak yang Sekarat Setelah Culanya Dipotong

Hal ini kemudian ditinjau oleh para peneliti di University of Bristol Vet School, KLHK dan Pariwisata Namibia, dan organisasi Save the Rhino Trust. Lewat laporan studi mereka, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam faktor kunci pertumbuhan populasi seperti pembiakan, kelahiran, kelangsungan hidup, dan kematian, baik yang bercula maupun tidak.

Penelitian mereka diterbitkan di European Journal of Wildlife Research pada 15 Agustus 2022. Makalah mereka bertajuk "Effects of dehorning on population productivity in four Namibia sub-populations of black rhinoceros (Diceros bicornis bicornis)," dan dipimpin oleh Lucy Chimes dari Bristol Veterinary School.