Perang Khoi-Belanda di Afrika Selatan Terilhami Perang-Perang di Jawa

By Galih Pranata, Sabtu, 24 September 2022 | 10:00 WIB
Kedatangan Jan van Riebeeck di Table Bay pada bulan April 1652. (Charles Davidson Bell/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Kota Batavia baru saja berdiri dan orang-orang Belanda hanya bisa berpijak di Indonesia sebagai kekuatan penjajah yang berperang untuk mendirikan negara Hindia Belanda.

Bagaimanapun, sumber kehidupan di Batavia berasal dari para budak yang dibawa dari seluruh Asia, serta para pedagang Cina, yang secara teratur digambarkan oleh para sejarawan sebagai kelas pedagang yang apolitis.

Belanda juga secara aktif membawa sejumlah budak ke Batavia, salah satunya adalah Doman. Ia dikirim ke Batavia dari Afrika Selatan. Doman adalah seorang pria Khoi dan nama Khoi-nya diyakini sebagai Nommoa.

"Sampai saat itu, Belanda telah menggunakan dia sebagai penerjemah dan percaya bahwa dia sepenuhnya bersahabat dengan Belanda dan mendukung tujuan penjajahan mereka," tulis Karen Williams kepada Media Diversified.

Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul "Slave narratives from Dutch colonisation in Indonesia" yang terbit pada 25 Agustus 2016.

Kembalinya Doman dari Batavia ke Afrika Selatan setahun kemudian pada tahun 1658 terjadi pada saat pergolakan sosial dan politik yang besar. Terjadi pertarungan Khoi-khoi melawan penjajah yang baru saja tiba kemudian meningkat, mengakibatkan perang Khoi-Belanda pertama pada tahun 1659.

Doman akan tumbuh menjadi pemimpin perlawanan utama, yang sekarang terpelajar dalam taktik tabrak lari gerilya. Begitupun Doman di Batavia, termotivasi untuk melakukan gerak perlawanan akibat menyaksikan kolonialisme orang-orang Belanda di Jawa yang menyengsarakan.

"Tidak seperti banyak contoh perlawanan kolonial lainnya, perjuangan Doman melawan Belanda berbeda: masa tinggalnya di Indonesia telah memberinya pengalaman kolonialisme internasionalis," imbuhnya.

Adapun pemberontakan di Jawa juga mengilhami Doman. Perang yang pecah antara Belanda dan Banten di Jawa pada tahun 1656, tepat sebelum Doman dijadwalkan tiba di Batavia.

 Baca Juga: Kastel Good Hope, Mahakarya VOC di Benua Hitam

 Baca Juga: Awal Mula Pemberontakan Buruh Tambang Batu Bara Sawahlunto 1927

 Baca Juga: Mencekamnya Tanjung Harapan dan Legenda Kapal Flying Dutchman

Doman menjadi terkenal dalam perjuangan anti-kolonialisme di Afrika Selatan terutama karena selama tinggal di Hindia Belanda. Ia dapat menyaksikan perang gerilya yang dilakukan oleh orang Jawa melawan Belanda.

Ketika kembali ke Afrika Selatan, ia menerapkan apa yang dilihatnya selama di Jawa dalam sebuah front baru melawan kolonialisme Belanda. Doman adalah tokoh penting dalam menjalin hubungan sejarah melintasi Samudra Hindia antara Indonesia dan Afrika Selatan.

Lukisan karya Jacob Janssen Coeman (1632-1676). Dia melukis keluarga Pieter Cnoll, pejabat di Kastel Batavia, yang dirampungkannya pada 1665. Boleh jadi inilah lukisan terhalus sepanjang sejarah VOC. Seorang budak tampak memanggul payung untuk melindungi majikannya dari terik matahari. (Rijkmuseum Amsterdam)

Sejak kedatangan Belanda, interkoneksi Indonesia dengan Afrika Selatan meningkat karena Afrika Selatan menjadi tempat pengasingan bagi berbagai elemen Indonesia yang dibuang ke sana.

Ada juga tahanan dan orang buangan dari kalangan Tionghoa Batavia, kemudian akan membentuk beberapa populasi warga Tionghoa paling awal di Afrika Selatan. Yang jelas, orang-orang buangan dari Batavia ini yang akhirnya meletakkan dasar bagi pendirian Islam di Afrika Selatan.