Zimba di Afrika: Memakan dan Menjual Daging Manusia di Pasar

By Galih Pranata, Selasa, 27 September 2022 | 08:00 WIB
Misi pencarian seorang kanibal di pedalaman Afrika karya Paule Crampel. (Paule Crampel/Alamy)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah tulisan berjudul Ethiopia Oriental (1995) karya João dos Santos diterbitkan pada tahun 1609, berdasarkan tempat tinggalnya selama sebelas tahun (1586–1597) di Afrika, Ethiopia.

Pada saat itu, 'Ethiopia' adalah istilah geografis yang lebih umum untuk benua tersebut—digunakan untuk menyebut seluruh daratan Afrika dengan menjadikan judul tersebut sebagai referensi ke seluruh Afrika Timur.

Dalam beberapa referensi, komunitas Zimba berdiaspora ke beberapa kawasan di Afrika. Basis terbesar mereka terdapat di wilayah Mozambik dan Zimbabwe saat ini. Kisah Zimba juga dituliskan dalam salah satu riset ilmiah.

Eric Allina menulis dalam jurnal Journal of Southern African Studies berjudul "The Zimba, the Portuguese, and other cannibals in late sixteenth-century Southeast Africa" yang terbit pertama kali pada tahun 2011.

Dalam jurnal tersebut, Allina menggambarkan perjalanan João dos Santos yang termaktub dalam kitab gubahannya, tentang sebuah "peristiwa paling menyedihkan yang terjadi saat dia tinggal di Sena."

Sena merupakan sebuah pemukiman Portugis di Lembah Zambesi, yang melibatkan orang-orang yang disebutnya 'Muzimba Kafir'. Suku Muzimba atau yang dikenal dengan Zimba, mempraktikkan kanibalisme.

"Mereka tidak hanya memakan daging lawan mereka yang kalah di medan perang 'tetapi juga tawanan mereka ketika mereka sudah tua dan tidak lagi layak untuk bekerja," imbuhnya.

Tidak berhenti di situ, mereka yang tidak puas dengan memakan daging manusia untuk membuat mereka bertenaga dan lebih kuat dari sebelumnya, mereka juga menjual daging yang tersisa di pasar!

"Orang-orang Zimba menjualnya di pasar, seolah-olah itu adalah daging lembu atau domba dan tanpa ada yang merasa aneh," tambahnya lagi. Yang lebih mengerikan lagi, setelah membunuh tawanan mereka, Zimba meminum darah dari tengkorak lawannya.

Ketika orang-orang Zimba sendiri terluka dalam pertempuran atau jatuh sakit, kawanan Zimba yang lainnya akan membunuh dan memakan mereka. Konon, mereka melakukan itu "agar mereka tidak perlu menanggung tugas untuk menyembuhkan yang sakit," terusnya.

João Dos Santos menulis tentang bagaimana, pada tahun 1592, Zimba menginvasi sebuah komunitas Afrika yang terletak di seberang benteng Portugis di Sena. Selain berperang dengan pemukim di sekitar benteng Portugis dan merebut tanah mereka, Zimba membunuh dan memakan banyak orang.

Pemimpin orang-orang Afrika yang diserang—yang merupakan 'tetangga baik dan teman baik Portugis'—mendekati sang kapten benteng Sena dan memohon 'bantuan untuk mengusir musuh yang menguasainya', orang-orang Zimba.