Nationalgeographic.co.id—Entah apa yang telah terjadi selama beberapa tahun silam. Di Filipina, seorang pria dengan keji menjadikan otak manusia sebagai lauknya. Ia menyantapnya dengan nasi!
Kisahnya terjadi pada 5 Desember 2019, bermula saat Lloyd Bagtong bertemu dengan seorang wanita. Ia mengaku kesal karena sang wanita itu terus berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris.
Jacob Dirnhuber menuliskan kisahnya kepada The Sun dalam sebuah artikel berjudul 'He was Irritated' Filipino maniac decapitates English-speaking woman and eats her brain with rice ‘because he couldn’t understand her’ yang terbit pada 6 Desember 2019.
Kapten Polisi, Maribeth Ramoga mengatakan "Bagtong kesal karena diajak bicara dalam bahasa Inggris," ungkapnya kepada The Sun.
Ketika Bagtong tidak mengerti apa yang dibicarakan sang wanita, ia menjadi kesal. Entah apa yang dipikirkan selanjutnya. Bagtong menguntitnya terus hingga ke areal pemakaman.
Tatkala dirasa suasana telah menjadi sepi, Bagtong memukuli wanita tak berdosa itu sampai mati dengan tongkat besi. Saat tengah dipukuli, wanita itu terus memohon ampun padanya dalam bahasa Inggris.
Setelah wanita itu tergeletak tak berdaya karena tewas akibat hantaman benda tumpul, Bagtong menggila. "Dia kemudian memenggal kepalanya dengan parang, sebelum memasukkannya ke dalam tas," imbuh Dirnhuber.
Lanas, Kota Barangay Casibole menjadi ramai tatkala pemberitaan penemuan seorang mayat wanita tanpa kepala ditemukan di areal pemakaman setempat. Polisi langsung bergegas melakukan penyelidikan.
Begitupun Bagtong, selepas memenggal kepala wanita dengan parang, ia membawanya ke dalam tas dan menggondolnya pulang ke rumah. Di kediamannya, dia lekas bergegas melakukan ide gilanya.
Ia menguliti kepalanya, mengambil tengkoraknya, dan mengeluarkan otak wanita itu sebagai hidangan untuk disantapnya dengan nasi!
Setelah kenyang dengan lauknya yang menjijikan itu, Bagtong sesegera mungkin membuang tengkorak kepala wanita itu ke sungai, lalu menghilang dari rumahnya.
Source | : | The Sun |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR