Dunia Hewan: Kenapa Paus Tidak Mengalami Kerusakan Otak Saat Berenang?

By Wawan Setiawan, Senin, 26 September 2022 | 09:00 WIB
Mengapa paus tidak mengalami kerusakan otak saat berenang? Penelitian terbaru dunia hewan ini mungkin menjadi jawabannya. (iStock)

Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah penelitian dunia hewan terbaru University of British Columbia (UBC) menemukan bahwa pembuluh darah khusus di otak paus dapat melindungi mereka dari denyut nadi yang disebabkan oleh berenang, dalam darah mereka yang akan merusak otak.

Ada banyak teori tentang penggunaan yang tepat dari jaringan pembuluh darah yang menopang otak dan tulang belakang paus. Jaringan ini yang dikenal sebagai 'retia mirabilia', atau 'jaring yang luar biasa'. Namun, kini ahli zoologi UBC percaya bahwa mereka telah memecahkan misteri tersebut, dengan pemodelan komputer yang mendukung prediksi mereka.

Temuan mereka ini telah diterbitkan di jurnal Science pada 22 September dengan judul "Retia mirabilia: Protecting the cetacean brain from locomotion-generated blood pressure pulses."

Mamalia darat seperti kuda mengalami 'denyut nadi' dalam darah mereka saat berderap. Di mana tekanan darah di dalam tubuh menjadi naik dan turun pada setiap langkah. Dalam sebuah studi baru, penulis utama Dr. Margo Lillie dan timnya telah menyarankan untuk pertama kalinya bahwa fenomena yang sama juga terjadi pada mamalia laut yang berenang dengan gerakan dorso-ventral; dengan kata lain, paus. Dan, mereka mungkin telah menemukan mengapa paus menghindari kerusakan otak jangka panjang untuk ini.

“Pada semua mamalia, tekanan darah rata-rata lebih tinggi di arteri, atau darah yang keluar dari jantung, daripada di vena. Perbedaan tekanan ini mendorong aliran darah dalam tubuh, termasuk melalui otak,” kata Dr. Lillie, seorang rekan peneliti emerita di departemen zoologi UBC. “Namun, penggerak dapat secara paksa memindahkan darah, menyebabkan lonjakan tekanan, atau 'denyut' ke otak. Perbedaan tekanan antara darah yang masuk dan keluar otak untuk denyut ini dapat menyebabkan kerusakan.”

Kerusakan jangka panjang semacam ini dapat menyebabkan demensia pada manusia, kata Dr. Lillie. Namun sementara kuda menangani denyut nadi dengan menarik dan mengeluarkan napas, paus menahan napas saat menyelam dan berenang. "Jadi, jika cetacea tidak dapat menggunakan sistem pernapasan mereka untuk memoderasi denyut nadi, mereka pasti telah menemukan cara lain untuk mengatasi masalah tersebut," ujar Dr. Lillie.

Cetakan resin menunjukkan aorta dan arteri di retina paus beluga. (Wayne Vogl)

Dr Lillie dan rekan berteori bahwa retia menggunakan mekanisme 'pulse-transfer' untuk memastikan tidak ada perbedaan tekanan darah di otak cetacea selama gerakan, di atas perbedaan rata-rata. Pada dasarnya, alih-alih meredam denyut nadi yang terjadi dalam darah, retia mentransfer denyut nadi dalam darah arteri yang masuk ke otak ke darah vena yang keluar. Sehingga menjaga 'amplitudo' atau kekuatan nadi yang sama. Dengan demikian, menghindari perbedaan tekanan dalam otak itu sendiri.

Para peneliti mengumpulkan parameter biomekanik dari 11 spesies cetacea, termasuk frekuensi fluking, dan memasukkan data ini ke dalam model komputer.

 Baca Juga: Dunia Hewan: Ada Jejak Makhluk Purba di Balik Mata Paus Modern

 Baca Juga: Dunia Hewan: Paus Bungkuk Kaledonia Baru Sedang Belajar Bernyanyi

 Baca Juga: Paus Balin Dapat Makan Setara Dengan 30.000 Burger dalam Satu Hari