Gemar Jadi Comblang, Tindakan Ratu Victoria Picu Perang Dunia Pertama

By Sysilia Tanhati, Selasa, 27 September 2022 | 16:00 WIB
Untuk membangun hubungan diplomatik yang stabil, Ratu Victoria gemar menjodohkan anak dan cucunya dengan anggota kerajaan Eropa lainnya. Namun justru, tindakannya ini membawa petaka dan mimpi buruk. (George Hayter)

Nationalgeographic.co.id - Ratu Victoria dari Inggris terkenal dengan kegemarannya mencomblangi keluarganya dengan pangeran atau putri pilihannya. “Keturunan Victoria mendapatkan akses otomatis ke dalam biro jodoh paling eksklusif di dunia,” kata Deborah Cadbury, penulis Queen Victoria's Matchmaking: The Royal Marriages That Shaped Europe. Namun secara tidak langsung, kebiasaan mencomblangi ini turut menjadi pemicu Perang Dunia Pertama. Bagaimana bisa?

Kehidupan cinta yang diatur oleh sang ratu

Bukan hal yang aneh bagi seorang raja atau ratu untuk terlibat dalam pernikahan keluarganya. Undang-Undang Perkawinan Kerajaan tahun 1772 memberi kesempatan kepada raja Inggris untuk memveto setiap rencana pernikahan.

Ratu Victoria terkenal gemar menjodohkan keluarganya dengan keluarga kerajaan Eropa lainnya. Lewat perjodohan, ia berharap dapat memengaruhi Eropa dengan mengontrol siapa saja yang dinikahi oleh anggota keluarganya.

“Setiap pernikahan adalah bentuk kekuasaan lunak (soft power),” kata Cadbury. Victoria ingin menyebarkan monarki konstitusional yang stabil seperti Inggris di seluruh Eropa.

Untungnya, ia memiliki banyak anggota keluarga untuk melaksanakan niatnya itu. Victoria memiliki sembilan anak dan 42 cucu. Akhirnya, tujuh dari mereka duduk di singgasana Eropa seperti di Rusia, Yunani, Rumania, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Norwegia.

Tsar Nicholas II dan permaisurinya, Alexandra, 1894. Alexandra merupakan salah satu cucu Victoria yang tidak menuruti rencana perjodohan neneknya. Ia pun menikah dengan pria pilihannya. ()

Upaya perjodohannya tidak selamanya berbuah kebaikan. Semua keturunan ratu Victoria yang duduk di singgasana akhirnya akan saling memihak juga bertentangan selama Perang Dunia I. Secara tidak langsung, ini menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.

Apakah semua anak cucu ratu Victoria menuruti kehendaknya dalam menentukan pasangan?

Beberapa cucu Victoria mengikuti perintah nenek mereka tanpa mengeluh. Cucunya Albert Victor berada di urutan kedua untuk tahta. Atas perintah Victoria, ia menikah dengan Putri Mary of Teck dari Jerman.

Victoria menyukai putri Jerman itu karena kedudukannya. Ia pun memaksa Albert untuk menikahi sang putri. Namun tragedi melanda, Albert meninggal mendadak karena influenza pada tahun 1892.

Victoria kemudian menekan saudara laki-laki Albert, George, yang berada di urutan kedua takhta, untuk melamar Putri Mary. Segera, Putri Mary pun menjadi permaisuri George V. Kelak, ia adalah nenek dari Ratu Elizabeth II dari Inggris yang duduk di takhta selama lebih dari 70 tahun.

 Baca Juga: Kontroversi Kematian Rasputin, Rahib Gila Kepercayaan Tsar Nicholas II

 Baca Juga: Tampak Kembar, Apakah Tsar Nicholas II Rusia dan George V Bersaudara?

 Baca Juga: Perang Dunia Pertama Memicu Berkembangnya Musik Jazz Pertama di Eropa

Namun tidak semua orang menuruti perintah nenek mereka. Cucu perempuan favorit Victoria, Alix dari Hesse, jatuh cinta pada Nicholas Romanov, pewaris takhta Rusia. Victoria tidak setuju karena menurutnya Rusia itu biadab dan korup. Maka ia menentang rencana pernikahan mereka. Namun apa daya, Victoria tidak dapat menghalangi niat pasangan yang sedang mabuk cinta itu.

Meskipun Alix menolak Nicholas dua kali, ia akhirnya mendapat persetujuan dari Victoria. Keduanya pun menikah tepat setelah Nicholas menjadi Tsar Rusia. Cinta mereka kuat, tetapi berakhir dengan tragedi berdarah.

Selama pemerintahan Nicholas, Rusia runtuh ke dalam revolusi dan perang. Bahkan sepupu Inggrisnya, George V, menolak untuk menawarkan bantuan kepada Romanov. George takut tindakannya akan membuat marah penduduk Inggris.

Perjodohan membawa bencana bagi Eropa

Begitu para sepupu ini naik takhta di kerajaan-kerajaan Eropa, mereka saling bertentangan. Cucu Victoria yang paling kontroversial adalah Kaiser Wilhelm II, penguasa kekaisaran Jerman yang bergejolak. Wilhem adalah hasil perjodohan yang paling sukses. Pernikahan putri sang ratu, Vicky, dengan Pangeran William dari Prusia menghasilkan seorang putra, Wilhem. Akan tetapi tidak seperti banyak cucu Victoria, Wilhelm tidak dapat dikendalikan oleh neneknya.

Begitu para cucu naik takhta di kerajaan-kerajaan Eropa, mereka saling bertentangan. Ini pun menjadi pemicu Perang Dunia Pertama yang menimbulkan banyak korban jiwa. (Alexander Bassano)

“Saat dia semakin dekat dengan perang perang,” kata Cadbury. Dalam suratnya kepada ratu Victoria, Vicky menuliskan kekalutannya. “Itu membuat orang gila memikirkan semua kesengsaraan yang mungkin akan datang,” tulisnya.

Kesengsaraan ini menjalar ke seluruh Eropa ketika cucu-cucu Victoria, pasangan mereka, dan negaranya menjadi semakin nasionalis dan terpecah-pecah. Ketika keseimbangan kekuatan di Eropa terancam runtuh, mereka berpihak atau terkadang melawan anggota keluarga mereka sendiri.

George V menentang kebijakan Kaiser Wilhelm (seperti yang dilakukan Tsar Nicholas sebelum pembunuhannya). Hubungan diplomatik yang diharapkan Victoria berkat perjodohan pun mulai rusak.

Ketika kekuatan yang dimiliki masing-masing kerajaan atau kekaisaran turut menyebabkan Perang Dunia Pertama. Ikatan kekeluargaan antara bangsawan Eropa pun tidak ampuh untuk mengatasi perang.

“Sepupu bisa mengkhianati sepupu, suami melawan istri dan bahkan saudara perempuan melawan saudara perempuan,” kata Cadbury.

Konsekuensinya sangat mencengangkan: Perang Dunia Pertama menyebabkan lebih banyak orang tewas daripada perang mana pun dalam sejarah. Selain itu juga turut menyebabkan Eropa jadi berantakan. Pada saat Perang Dunia Pertama berlangsung, Ratu Victoria telah meninggal selama 17 tahun. Namun pernikahan yang dia dorong dengan otoritas dan optimisme masih bergema di seluruh Eropa.

Bahkan cucu perempuannya, Victoria Melita dari Saxe Coburg dan Gotha menuliskan, “Tidak ada kebanggaan, harapan, harta, atau masa depan dari perjodohan.”

Bagi banyak cucu Victoria, perang bukan berarti akhir kebahagiaan mereka saja, tetapi juga kekuasaan. Di akhir perang, monarki Turki, Austria-Hongaria, Jerman, dan Rusia pun jatuh.

Berkaca dari pengalaman masa lalu

Saat ini, raja Inggris tidak terlalu memiliki kekuasaan atas pernikahan kerajaan. Meskipun raja masih harus memberikan persetujuan untuk pernikahan kerajaan, dinasti kerajaan yang luas tidak lagi direkayasa melalui perjodohan. Namun bagi banyak orang, perjodohan kerajaan ini masih terdengar bak kisah dari negeri dongeng. Meski kita tahu, kenyataan bisa jauh berbeda dan bahkan mengerikan.

Gagasan tentang seorang pangeran dan putri menemukan cinta sejati mungkin merupakan impian banyak orang. Tetapi bagi banyak cucu Victoria, apa yang terjadi setelah perjodohan kerajaan lebih seperti mimpi buruk alih-alih membawa kebahagiaan.