Peneliti Ungkap Pencemaran Merkuri Tingkat Tinggi di Kota Maya Kuno

By Sysilia Tanhati, Jumat, 30 September 2022 | 14:16 WIB
Cinnabar yang digunakan untuk ritual mungkin menyebabkan pencemaran merkuri Maya kuno. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah jurnal di Frontiers in Environmental Science mengungkapkan pencemaran merkuri tingkat tinggi di kota Maya kuno. Pencemaran ini mungkin menimbulkan risiko kesehatan bagi bangsa Maya kuno. Bahkan dapat terus mengancam hingga saat ini.

Di beberapa belahan dunia, manusia memodifikasi siklus merkuri selama ribuan tahun. Penggunaan merkuri antropogenik (akibat manusia) ini menyebabkan merkuri memasuki tempat-tempat yang secara global tidak akan ditemukan. Misalnya di danau atau tanah di lokasi terpencil.

Satu wilayah dengan sejarah penggunaan merkuri yang sangat panjang (tetapi kurang terdokumentasi) adalah Meksiko dan Amerika Tengah. Masyarakat Mesoamerika awal seperti Olmec telah menambang dan menggunakan merkuri di Meksiko selatan pada awal 2000 Sebelum Masehi.

Duncan Cook, ahli geografi di Australian Catholic University, menganalisis kadar merkuri dari sepuluh situs penggalian Maya dan sekitarnya

“Pencemaran merkuri di lingkungan biasanya ditemukan di daerah perkotaan kontemporer dan lanskap industri,” kata Cook. Dari hasil penelitian, mereka mempertimbangkan kemungkinan penggunaan merkuri di peradaban Maya kuno selama berabad-abad.

Dari mana asal merkuri yang diperkirakan digunakan oleh suku Maya?

Tim menyimpulkan bahwa suku Maya menggunakan cinnabar, mineral berwarna merah cerah yang mengandung merkuri. Cinnabar ini merupakan cat dekoratif dan bedak yang digunakan untuk keperluan upacara dan keagamaan.

Merkuri dari permukaan berlapis cinnabar, seperti dinding dan lantai, akhirnya mencemari pasokan air dan tanah setempat.

Rekan penulis studi, Nicholas Dunning, mengatakan bahwa suku Maya percaya cinnabar mengandung ch'ulel atau kekuatan jiwa.

“Pigmen merah cemerlang dari cinnabar adalah zat yang tak ternilai dan suci,” kata Dunning. Namun tanpa sepengetahuan masyarakat Maya, zat ini juga mematikan. Bahkan “warisannya” tetap ada di tanah dan sedimen di sekitar situs Maya kuno hingga kini.

Dinding makam penguasa Maya kadang-kadang dicat dengan cinnabar (Bgabel)

Efek keracunan merkuri kronis seperti tremor, penglihatan dan pendengaran yang melemah, dan kelumpuhan mungkin berdampak pada suku Maya.

Sebagian besar permukiman Maya sangat jauh dari sumber merkuri yang diketahui terletak di Meksiko, Honduras, Guatemala dan Belize. Ini berarti produksi, perdagangan, dan penggunaan merkuri akan sangat berharga dan menantang secara logisti. Terutama untuk mengelola merkuri cair beracun.

Selama dua dekade terakhir, para ilmuwan yang bekerja pada proyek arkeologi Maya menguji artefak, tanah, dan sedimen untuk sifat kimianya, termasuk merkuri. Penelitian tersebut dilakukan untuk memahami aktivitas manusia di masa lalu.

Mereka menguji tanah dan bekas daerah Maya kuno yang digali jauh di bawah permukaan tanah. Data gabungan dari tes ini menunjukkan sebagian besar situs Maya memiliki sejumlah pengayaan merkuri di tanah yang terkubur. Tujuh dari sepuluh lokasi ditemukan memiliki kadar merkuri yang sama atau melebihi tolok ukur modern untuk toksisitas lingkungan.

  

Baca Juga: Pengorbanan Anjing Sebagai Ritus Masyarakat Meksiko Pra-Hispanik

Baca Juga: Artefak di Semenanjung Yucatan Mengungkap Rahasia Pesisir Maya Kuno

Baca Juga: Perubahan Iklim dan Konflik Menghancurkan Kota Pra Sejarah Mayapan

  

Lokasi dengan merkuri yang tinggi biasanya merupakan area yang diduduki Maya, termasuk teras rumah tangga. Ini berasal dari Zaman Klasik Akhir (600-900 Masehi). Merkuri juga masuk ke beberapa sumber air minum termasuk reservoir pusat di Tikal.

Di lokasi yang lebih kompleks, peningkatan kadar merkuri mungkin merupakan hasil dari input modern dan kuno. Misalnya, tidak jelas apakah merkuri yang terdeteksi di pulau Maya pemukiman Marco Gonzalez (juga di Belize) berasal dari zaman kuno atau modern.

Menurut Dunning, para arkeolog belum mencari merkuri di sisa-sisa kerangka situs permakaman Maya. Bubuk cinnabar sering ditaburkan di seluruh sisa-sisa bangsawan dan elit sehingga meresap ke dalam tulang. Jika sudah meresap ke tulang, pencarian merkuri di permakaman mungkin lebih sulit dilakukan.

Untuk penelitian masa depan di situs penggalian Maya, penulis penelitian merekomendasikan untuk mengambil tindakan pencegahan. “Seperti teknik mitigasi dan alat pelindung, untuk menjaga para arkeolog tetap aman,” tambah Dunning.

Merkuri adalah logam berat beracun. Di alam, merkuri dapat terakumulasi dan menumpuk melalui rantai makanan. Pada akhirnya kondisi ini akan mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.

Pada abad terakhir, aktivitas manusia meningkatkan konsentrasi merkuri di atmosfer sebesar 300-500% di atas tingkat alami. Kontaminasi logam tampaknya merupakan efek dari aktivitas manusia sepanjang sejarah. Seperti yang terjadi pada masyarakat Maya kuno.