Pendakian Netral Karbon, Upaya Kegiatan Luar Ruang Menjaga Bumi

By National Geographic Indonesia, Selasa, 4 Oktober 2022 | 09:30 WIB
Mendaki gunung merupakan kegiatan luar ruang yang cukup populer. Kini para pendaki harus memiliki prinsip pendakian netral karbon. Pendakian yang dilakukan dengan menghitung, mengganti, dan mengurangi emisi karbon dioksida pada setiap perjalanan. (Freepik)

Nationalgeographic.co.id—Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia pada Sabtu sore, 1 Oktober 2022  menyelenggarakan Diskusi Panel bertajuk “Pendakian Netral Karbon: Wujud Kepedulian Alam dan Pariwisata Pasca-Pandemi” di Sekretariat Ikatan Alumni UI, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat.

Diskusi Panel menampilkan narasumber dengan berbagai macam latar belakang. Dinni Septianingrum sebagai pendiri organisasi peduli lingkungan #SeaSoldier, Andi Pananrang sebagai Community Officer #SayaPilihBumi kampanye sosial inisiasi National Geographic Indonesia, Bogar Baskoro selaku Strategic Partnerships Lead Jejak.in yakni startup yang bergerak dalam bidang jasa carbon offsetting, dan Raditya Anggoro, Ketua Pelaksana Baka-Raya Project sekaligus merupakan calon anggota Mapala UI.

Diskusi panel ini merupakan bagian dari rangkaian Baka - Raya Project sebagai salah satu bentuk kampanye pariwisata dan pendakian netral karbon. Kampanye #PendakianNetralKarbon adalah gerakan inisiatif Mapala UI yang bertujuan mengajak pendaki se-Indonesia untuk membiasakan pendakian ramah lingkungan dengan memperhatikan jejak karbon.

Pada dasarnya, prinsip pendakian netral karbon adalah pendakian yang dilakukan dengan menghitung, mengganti, dan mengurangi emisi karbon dioksida pada setiap perjalanan. Diskusi panel ini diadakan secara hybrid. narasumber dan moderator berdiskusi secara luring dalam satu ruangan, sementara peserta diskusi mengikuti secara siaran langsung melalui platform daring. Keragaman narasumber ini bertujuan agar diskusi dapat menyajikan pembahasan terkait netral karbon dari sudut pandang yang variatif kepada 150 lebih pemirsa yang didominasi oleh para mahasiswa pencinta alam dari seluruh Indonesia.

Diskusi Panel ini menjadi wadah untuk menyuarakan gerakan pariwisata dan pendakian ramah lingkungan secara netral karbon yang sejalan dengan program “Towards Climate Positive Tourism through Decarbonization and Eco-tourism” yang dicanangkan oleh Kemenparekraf. Pada dasarnya, prinsip pendakian netral karbon adalah pendakian yang dilakukan dengan menghitung, mengganti, dan mengurangi emisi karbon selama pendakian.

Dalam kegiatan diskusi panel ini, Magkma (M-1066-UI) selaku Ketua Mapala UI menyampaikan, “Ketika mengusung tema Pendakian Netral Karbon, diharapkan (calon anggota Mapala UI) bisa turut melestarikan lingkungan hidup di tengah krisis iklim global. Semoga gerakan ini bisa memotivasi masyarakat luas untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan alam.”

Kegiatan diskusi panel ini diselenggarakan melalui zoom meeting dan tayangan langsung di kanal Youtube Mapala UI. Diskusi dibuka dengan sekilas penjelasan tentang kegiatan Baka-Raya Project oleh Radit diikuti dengan pemaparan dari Dinni mengenai konsep netral karbon, “netral karbon adalah upaya kita untuk menghadirkan wadah serapan atas emisi karbon yang sudah kita hasilkan. Senyawa CO2 berlebih di bumi menyebabkan bumi menjadi panas kemudian terjadilah yang biasa kita kenal dengan climate change. Dalam menangani emisi karbon berlebih inilah kemudian kita mengenal istilah netral karbon.” Moderator Fikra Alfath (Filsafat UI 2020) kemudian berdiskusi dengan Bogar dari Jejak.In tentang seberapa penting menghitung emisi karbon. “Menghitung karbon merupakan pondasi awal untuk menghadapi pemanasan global. Kita dapat mulai menerapkannya dari kegiatan sehari-hari. Lalu yang paling penting adalah harus timbul dulu kesadaran diri dari masing-masing kita bahwa hampir setiap kegiatan kita menghasilkan karbon,” jelas Bogar Baskoro.

Dari kiri ke kanan: Andi Pananrang (Community Officer #SayaPilihBumi), Bogar Baskoro (Strategic Partnership Lead Jejak.in), Dinni Septianingrum (CO-Founder #SeaSoldier), Raditya Anggoro (Ketua Pelaksana Baka-Raya Project), Magkma (Ketua Mapala UI), Fikra Alfath (Moderator). (MAPALA-UI)

Arah diskusi ini menimbulkan suatu dilema baru, yakni apakah dengan begitu manusia harus hidup dengan aktivitas yang terbatas? Andi Pananrang selaku Community Officer #Sayapilihbumi menegaskan, “jangan berpikir bahwa untuk mengurangi emisi karbon berarti kita jadi tidak beraktivitas apa-apa. Justru kita tetap melakukan aktivitas seperti berwisata, mendaki, namun dalam pelaksanaannya kita pilih opsi yang lebih ramah lingkungan."

"Mulailah dari hal-hal kecil, jangan memaksakan diri sehingga tetap nyaman untuk dilakukan. Kalau memaksa diri, nanti teman-teman jadi tidak berkelanjutan menjalankannya,” lanjut Andi.

#Sayapilihbumi merupakan kampanye sosial dari National Geographic Indonesia. Kampanye yang dibentuk sejak September 2018 ini berusaha menyuarakan gerakan untuk merubah perilaku dan menjaga lingkungan agar bumi kita menjadi lebih baik.

Menurut Radit, penerapan netral karbon dalam pendakian bisa dibuat nyaman. Apalagi setelah ia dan rekan-rekannya melakukan pilot project pendakian netral karbon dalam Baka-Raya Project pada Agustus lalu.

"Netral karbon juga bisa diterapkan pada jenis kegiatan di alam lainnya, seperti misalnya arung jeram. Hal ini bisa dilakukan sedari perencanaan perjalanan dengan memperhatikan komponen-komponen penghasil emisi karbon yang kemungkinan akan muncul selama berkegiatan," lanjutnya.

Beberapa pemirsa turut serta meramaikan diskusi dengan melontarkan pertanyaan kepada pembicara. Salah satu penanya, mahasiswa dari Universitas Trisakti, memikirkan lebih lanjut tentang besarnya jejak karbon dari pelaku sektor pariwisata yang kini banyak menerapkan tema alam & lingkungan. Ia menanyakan apakah tema pemasaran tersebut juga selaras dengan gaya operasional mereka yang ramah lingkungan atau tidak.

   

Baca Juga: Aksi Seru Bahas Bumi dan Netralitas Karbon: Anak Muda Bisa Apa?

Baca Juga: CarbonEthics: Waktunya Hidupkan dan Jaga Ekosistem Karbon Biru Kita

Baca Juga: James Webb Mendeteksi Karbon Dioksida di Atmosfer Planet Ekstrasurya

Baca Juga: Mengejar Target Penggunaan Energi Terbarukan demi Karbon Netral

    

Menanggapi hal itu, Bogar menjelaskan, “tentu kita tidak bisa mengharapkan seluruh pelaku usaha sektor wisata untuk semuanya langsung menjadi lebih ramah lingkungan. Pemerintah pun belum bisa memaksakan. Hal itu butuh biaya yang tidak sedikit. Lalu banyak dari mereka yang kami temui, memang kesulitan dari proses menghitung jejak karbonnya. Namun yang saya ketahui, dari Kemenparekraf dalam waktu dekat akan merilis pedoman yang berisi tips operasional bagi pelaku usaha industri wisata, seperti mengganti penggunaan barang atau pemasok yang lebih ramah lingkungan"

Melalui diskusi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam mengupayakan netralitas karbon untuk menuju pencegahan perubahan iklim, perlu adanya kesadaran dari diri sendiri terlebih dahulu. Dari situ, dilanjutkan kerja sama antara berbagai pihak dalam menjaga lingkungan dan memelihara perilaku yang ramah lingkungan.

Penghujung acara disemarakkan dengan kegiatan kuis berhadiah. Tiga dari empat narasumber mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab secara antusias oleh para pemirsa.

Sebelum acara ditutup, Dinni menambahkan, “saya apresiasi terhadap Mapala UI yang memberikan harapan kepada generasi muda termasuk mapala lain untuk turut serta membudayakan netral karbon. Gerakan Baka-Raya Project bisa dijadikan contoh untuk ke depannya terkait kegiatan penetralan jejak karbon,"

"Mapala UI dengan kegiatan ini pun telah mengisi celah mengenai edukasi tentang emisi karbon” pungkas Dinni.