Saat armada Arab masuk lebih dalam ke jalur air, angin dan arus secara bertahap membawa kapal lebih dekat ke tembok kota. Pada saat genting ini, Leo memerintahkan rantai besar untuk diangkat. Di saat yang sama, para pembela Konstantinopel memulai serangan yang menghancurkan dengan Api Yunani yang sangat mudah terbakar. Api Yunani adalah senyawa yang mudah terbakar yang dipancarkan oleh senjata pelempar api. Beberapa sejarawan percaya api menyala saat kontak dengan air berkat campuran nafta dan kapur.
Terkejut dan tidak dapat melarikan diri, orang-orang Arab tidak memiliki peluang. Pelaut mereka terbakar hidup-hidup dan mengotori permukaan air Tanduk Emas, saat kapal mereka yang terbakar tenggelam. Kapal-kapal yang menghindari kehancuran api berusaha mundur kembali ke arah mereka datang. Tetapi rantai besar Tanduk Emas berdiri kokoh dan tidak dapat dipatahkan dan menghalangi jalan. Kapal-kapal itu pun harus menghadapi kematian di perairan yang berapi-api.
Mungkinkah sebuah kapal bisa berhasil melewati rantai besar Konstantinopel?
Bagi musuh Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, rantai besar Konstantinopel merupakan hambatan besar. Para penyerang harus menemukan strategi alternatif untuk menyiasati rantai tersebut.
Suatu saat selama tahun 940-an, pangeran Rus, Igor dari Kyiv, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Konstantinopel. Yang menarik, Igor tidak memimpin armadanya melintasi laut dan masuk ke jalur rantai. Sebagai gantinya, armadanya diangkut melintasi daratan.
Portaging adalah praktik yang digunakan terus-menerus oleh Rus. Mereka membawa kapal perang di atas kayu besar melintasi daratan, sering kali melewati rute berbahaya. Dalam serangan ke Konstantinopel, portaging merupakan keuntungan besar bagi Igor. Kapalnya kemudian memasuki perairan di ujung Tanduk Emas. Dengan cara itu, mereka berhasil melewati rantai besar yang terkenal kejam.
Baca Juga: Koin Langka Romawi Timur Mengungkap Ledakan Supernova 'Terlarang'
Baca Juga: Seperti Apa Kehidupan Masyarakat di Kekaisaran Romawi Timur?
Baca Juga: Benarkah Lupa Mengunci Gerbang Jadi Penyebab Kejatuhan Konstantinopel?
Selama kejatuhan Konstantinopel pada tahun 1453 Masehi, rantai besar itu sangat efektif. Saat itu, armada Ottoman yang kuat di bawah komando Sultan Mehmed II menyerang kota dengan kekuatan penuh. Tetapi kapal perang mereka dihentikan oleh rantai besar Konstantinopel.
Menyadari hal itu, sultan memilih rute penyerang lain dan berjalan di sekitar rantai. Armada yang lebih kecil yang terdiri dari 70 perahu perang Ottoman diangkut melintasi daratan dan dimasukkan kembali ke dalam air di sisi lain rantai tersebut. Armada Ottoman akhirnya berhasil dan Konstantinopel jatuh pada tanggal 29 Mei 1453 Masehi.
Konstantinopel adalah permata Peradaban Barat dan salah satu kota terbesar di dunia kuno. Mempertahankannya dari gerombolan musuh yang rakus tentu bukan tugas yang mudah.
Komandan dan para ahli harus menemukan cara baru dan cerdik untuk mempertahankan ibu kota mereka. Rantai besar Konstantinopel melintasi Tanduk Emas adalah salah satu inovasi yang terbukti menjadi penghalang pertahanan utama selama berabad-abad.
Sayangnya ketika menghadapi invasi dari semua sisi, rantai besar besar saja tidak cukup untuk melindungi kota. Setelah melindungi Kekaisaran Romawi Timur selama berabad-abad, rantai besar Konstantinopel akhirnya berhasil ditembus musuh.