Penggalian Kuil Pemuja Elang di Pelabuhan Kuno Helenistik-Romawi

By Ricky Jenihansen, Senin, 10 Oktober 2022 | 15:00 WIB
Prasasti dengan pemandangan dewa elang dan tulisan dalam bahasa Yunani: 'Tidak pantas merebus kepala di sini.' (Berenike Project / Sikait Project)

Nationalgeographic.co.id—Tim arkeolog internasional melaporkan telah mendokumentasikan ruang ritual dari periode Romawi Akhir yang terkait dengan kultus elang (falcon). Dokumentasi tersebut diketahui selama penggalian di pelabuhan kuno Hellenistik-Romawi Berenike di pantai Laut Merah Mesir.

Laporan tersebut telah mereka terbitkan di American Journal of Archaeology belum lama ini yang merupakan jurnal akses terbuka. Publikasi tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "A Falcon Shrine at the Port of Berenike (Red Sea Coast, Egypt)."

Dijelaskan, ruang ritual atau kuil tersebut didirikan oleh Ptolemy II Philadelphus pada kuartal kedua abad ke-3 SM di pantai Laut Merah Mesir. Ptolemy II Philadelphus adalah raja Dinasti Ptolemaik dari tahun 283 - 246 SM.

Pelabuhan Berenike Ptolemeus-Romawi berutang keberadaannya pada perdagangan internasional, dan peninggalan arkeologisnya mencerminkan konektivitas luas penduduknya.

Sebelum ditinggalkan beberapa saat sebelum pertengahan abad ke-6 M, pelabuhan tersebut sebagian dihuni oleh Blemmyes semi-nomaden, yang asal-usulnya terletak di wilayah Nubia.

Untuk diketahui, Blemmyes adalah sebuah kerajaan suku nomadik yang berdiri dari setidaknya 600 SM sampai abad ke-3 M di Nubia, Mesir Selatan.

Penggalian di pelabuhan kuno Hellenistik-Romawi Berenike di pantai Laut Merah Mesir. (Berenike Project / Sikait Project)

Kerangka lengkap elang peregrine dewasa di sudut tenggara ruang dalam; skala = 10 cm. (Berenike Project / Sikait Project)

Salah satu area utama yang digali selama beberapa musim arkeologi terakhir di Berenike adalah Kompleks Utara, yang terletak di sudut timur laut situs dan diidentifikasi selama beberapa survei geo magnetik yang dilakukan di daerah tersebut. Ini terdiri dari struktur besar yang terdiri dari beberapa bangunan.

Kehadiran kepala karang di permukaannya, yang merupakan tipikal praktik bangunan Romawi Akhir di Berenike, menunjukan tanggal akhir untuk periode terakhir pendudukan kompleks tersebut.

Penggalian di dalam dan sekitar Kompleks Utara dimulai pada tahun 2015, dan pada akhir musim tahun 2019 ada total tujuh parit, termasuk yang mengungkapkan Kuil elang.

Kuil kecil untuk kultus Mesir ini diadaptasi, dalam fase terakhirnya, oleh penduduk Blemmyan ke sistem kepercayaan mereka sendiri.

"Temuan ini sangat luar biasa dan termasuk persembahan seperti tombak, patung berbentuk kubus, dan prasasti dengan indikasi yang berkaitan dengan kegiatan penyembahan," kata Joan Oller Guzmán, seorang arkeolog di Departemen Studi Purbakala dan Abad Pertengahan di Universitat Autonoma de Barcelona.

"Elemen suci paling luar biasa yang ditemukan adalah pengaturan hingga 15 elang di dalam kuil, kebanyakan dari mereka tanpa kepala."

  

Baca Juga: Mayat Wanita dari Era Helenistik Ditemukan dengan Daun Emas di Mulut

Baca Juga: Penemuan Makam untuk Kremasi dari Periode Helenistik di Turki

Baca Juga: Kemiripan antara Kehidupan di Zaman Romawi dengan Zaman Modern

   

"Meskipun penguburan elang untuk tujuan penyembahan telah diamati di Lembah Nil, seperti halnya pemujaan burung individu dari spesies ini, ini adalah pertama kalinya kami menemukan elang yang terkubur di dalam kuil, dan disertai dengan telur, sesuatu yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya."

"Di situs lain, para arkeolog telah menemukan mumi elang tanpa kepala, tetapi selalu hanya spesimen individu, tidak pernah dalam kelompok seperti dalam kasus Berenike."

Menurut para arkeolog, prasasti itu berisi pesan yang aneh. "Tidak pantas merebus kepala di sini, yang jauh dari dedikasi atau tanda persembahan seperti biasanya sesuai dengan prasasti," kata mereka.

"Adalah pesan yang melarang semua orang yang masuk untuk merebus kepala binatang di dalam kuil, dianggap sebagai aktivitas profan."

Semua elemen ini, kata mereka, menunjukkan aktivitas ritual intens yang menggabungkan tradisi Mesir dengan kontribusi dari Blemmyes, yang ditopang oleh basis teologis yang mungkin terkait dengan pemujaan dewa Khonsu.

"Penemuan memperluas pengetahuan kita tentang orang-orang semi-nomaden ini, Blemmyes, yang tinggal di gurun Timur selama penurunan Kekaisaran Romawi," mereka menjelaskan.