Ketimbang Joging, Sepak Bola Lebih Baik untuk Kesehatan Tulang

By Ricky Jenihansen, Kamis, 13 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Sepak bola dapat membangun tulang yang lebih kuat (Deposit Photos)

Nationalgeographic.co.id - Penelitian baru dari ilmuwan di Indiana University menemukan bahwa atlet muda yang berpartisipasi dalam olahraga multi arah, alih-alih berspesialisasi dalam sesuatu seperti berlari atau bersepeda, dapat membangun tulang yang lebih kuat yang tidak rentan terhadap cedera saat dewasa.

Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di American College of Sports Medicine's Medicine and Science in Sports and Exercise. Makalah tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "Enhanced Bone Size, Microarchitecture, and Strength in Female Runners with a History of Playing Multidirectional Sports."

Pada penelitian ini, mereka meneliti pelari lintas negara Divisi I dan II wanita, yang sering mengalami cedera tulang seperti fraktur stres (stress fracture). Kondisi tersebut adalah kondisi retak tulang yang cukup ringan, tidak separah patah tulang.

Para peneliti menemukan bahwa atlet yang berlari dan berpartisipasi dalam olahraga yang membutuhkan gerakan ke berbagai arah, seperti bola basket atau sepak bola ketika lebih muda, mereka memiliki struktur dan kekuatan tulang yang lebih baik daripada mereka yang hanya berlari, berenang, atau bersepeda.

Akibatnya, temuan penelitian mendukung rekomendasi bahwa atlet menunda spesialisasi dalam berlari dan berolahraga multi-arah ketika lebih muda untuk membangun kerangka yang lebih kuat. Karena hal itu berpotensi mencegah cedera stres tulang.

"Data kami menunjukkan bahwa berolahraga multi arah ketika lebih muda versus mengkhususkan diri dalam satu olahraga, seperti berlari, menurunkan risiko cedera tulang seseorang dengan mengembangkan kerangka yang lebih besar dan lebih kuat," kata Stuart Warden.

Olahraga multi arah berpotensi mencegah cedera stres tulang. (Medica Store)

Warden merupakan rekan dekan untuk penelitian dan Guru Besar Rektor di IU School of Health and Human Sciences di IUPUI. "Ada kesalahpahaman umum bahwa anak-anak perlu berspesialisasi dalam satu olahraga untuk berhasil di tingkat yang lebih tinggi," katanya.

"Namun, data terbaru menunjukkan bahwa atlet yang berspesialisasi pada usia muda berisiko lebih besar mengalami cedera yang berlebihan dan cenderung tidak maju ke tingkat yang lebih tinggi dan tingkat persaingan yang lebih tinggi."

Secara historis, kata Warden, para peneliti telah memeriksa massa tulang, berapa banyak tulang yang dimiliki seseorang, untuk menentukan seberapa sehat kerangka mereka sepanjang hidup.

Peneliti merekmomendasikan atlet muda untuk tidak berspesialisasi sampai setidaknya tahun pertama sekolah menengah mereka. (iStockphoto)

Namun dalam penelitian sebelumnya, Warden dan rekan-rekannya menemukan bahwa seiring bertambahnya usia seseorang, baik massa maupun ukuran sama pentingnya.