Banyak Eksekusi Sadis, Seperti Apa Rasanya Menjadi Tahanan Romawi?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 15 Oktober 2022 | 16:30 WIB
Bangsa Romawi kuno dikenal memiliki banyak cara untuk melakukan eksekusi sadis. Seperti apa rasanya menjadi tahanan Romawi? (Chris 73)

Penjara bawah tanah yang kecil dan mengerikan berfungsi sebagai ruang eksekusi. Ini juga menjadi tempat di mana para tahanan dikurung dan dibiarkan mati kelaparan.

Raja keenam, Servius Tullius, menutupi ruang bawah tanah kecuali lubang kecil untuk pintu masuk. Tindakannya itu membuat penjara semakin gelap dan menakutkan. Ruang yang hampir gelap gulita ini memiliki lebar 6,7 meter, panjang 9 meter, dengan dinding hanya setinggi 2 meter. Ruangan itu terletak lebih dari 3 meter di bawah tanah.

Penjara pertama Romawi juga merupakan penjara yang paling terkenal di Roma. Sejarawan Romawi Sallust menggambarkan penjara bawah tanah sebagai menjijikkan dan keji karena kotoran, kegelapan dan bau busuk. (Wikipedia)

Pada abad ketiga Sebelum Masehi, penjara itu dikenal sebagai Tullianum. Sejarawan Romawi Sallust menggambarkan penjara bawah tanah sebagai “menjijikkan dan keji karena kotoran, kegelapan dan bau busuk.”

 Baca Juga: Delapan Hukuman Paling Mengerikan yang Tercatat dalam Sejarah Manusia

 Baca Juga: Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi

Pada akhir abad kedua Sebelum Masehi, sel trapesium yang jauh lebih mengerikan ditambahkan di atas Tullianum. “Fungsinya untuk memberi beberapa tahanan kondisi yang sedikit lebih baik selama kurungan, termasuk cahaya dari jendela kecil,” Anderson menambahkan.

Pada Abad Pertengahan, seluruh kompleks itu dikenal sebagai Penjara Mamertine, nama yang kemungkinan besar berasal dari kuil terdekat Mars Ultor.

Tahanan terkenal di Romawi

Banyak orang, baik warga negara maupun orang asing, mengalami kondisi mengerikan di Penjara Mamertine selama berabad-abad. Mereka termasuk beberapa orang terkenal yang menentang Romawi. Sebut saja Jugurtha, raja Numidia, yang mati kelaparan di Tullianum; Vercingetorix, pemimpin pemberontak Galia, yang melawan Caesar sebelum dia dieksekusi; Simon Bar Jioras, sang komandan, yang membela Yerusalem; dan martir Santo Paulus.

Banyak raja dan pemimpin asing yang ditangkap dan menghadapi penghinaan keji karena diarak melintasi kota. Setelah itu, mereka dibawa ke penjara bawah tanah.

Orang Romawi yang penting juga dipenjarakan di dalam Penjara Mamertine selama zaman Republik dan kekaisaran. Lentulus dan Catiline pada tahun 63 Sebelum Masehi serta prefek praetoria Kaisar Tiberius, Sejanus, pada tahun 31 Masehi pernah menghuni penjara itu. Mayat tahanan dari Tullianum dilemparkan melalui pintu besi ke saluran pembuangan utama Roma.

Penjara swasta yang dijalankan oleh penagih utang

Selain sel-sel rumah dan kurungan singkat sebelum dieksekusi, ada jenis penjara Romawi lainnya. Penjara itu dimiliki dan dioperasikan oleh kreditur swasta. Dikenal sebagai carcer privatus, penjara swasta ini digunakan untuk menahan warga yang gagal atau menolak untuk membayar utang mereka.

Debitur dapat dipenjara hingga 60 hari jika tidak mampu atau tidak mau melunasi hutangnya. Kemudian, setelah utang mereka diumumkan kepada publik dan situasinya tetap sama, mereka dijual sebagai budak di luar Roma atau dieksekusi.

Orang kaya mengambil keuntungan dari penjara pribadi ini selama abad pertama Sebelum Masehi. Saat itu Romawi disibukkan perang saudara dan ketidakstabilan. Orang kaya menargetkan petani miskin atau bahkan pendatang yang tidak bersalah. Sebagai gantinya, orang-orang malang itu dipaksa bekerja di tanah dan perkebunan mereka yang luas.

Uniknya, meski memiliki eksekusi sadis, sebagian orang Romawi menganggap penjara itu tidak manusiawi.