"Rokok masih mudah didapat di banyak tempat, dan meskipun ada pembatasan di mana orang bisa merokok, masih banyak kesempatan bagi orang untuk merokok di depan umum," katanya.
Penggambaran merokok juga masih banyak dalam budaya populer (film, acara TV) yang dapat berkontribusi pada perasaan bahwa merokok adalah perilaku yang normal, dan bahkan mungkin glamor.
Selain itu, penelitian telah mengungkapkan bahwa faktor genetik juga berperan dalam ketergantungan nikotin, yang berarti bahwa kecanduan dapat berjalan dalam keluarga, menurut tinjauan 2010 dalam jurnal Current Cardiovascular Risk Reports.
Mayo Clinic menyatakan bahwa genetika "dapat mempengaruhi bagaimana reseptor pada permukaan sel saraf otak Anda merespons nikotin dosis tinggi yang dibawa oleh rokok."
Yang dapat berarti bahwa, karena warisan genetik, begitu orang mulai merokok, beberapa lebih mungkin daripada yang lain untuk kemudian melanjutkan kebiasaan itu.
Menurut penelitian tahun 2008 yang dilakukan oleh American Psychological Association, "setidaknya setengah dari kerentanan seseorang terhadap kecanduan narkoba dapat dikaitkan dengan faktor genetik."
Terlepas dari banyak risiko yang terkait dengan merokok, dan meskipun diperkirakan berkontribusi pada kematian 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, termasuk 1,2 juta yang meninggal karena paparan asap rokok, tembakau tetap tersedia secara luas dan mudah diakses.
Namun, sementara kecanduan terjadi dengan cepat, begitu juga manfaat kesehatannya setelah seseorang berhenti.
Dijelaskan juga, dalam waktu 20 menit setelah merokok, detak jantung menurun, dalam waktu 12 jam, kadar karbon monoksida gas beracun kembali normal dalam darah. Kemudian dalam waktu tiga bulan, fungsi paru-paru dan sirkulasi membaik dan setelah satu tahun, risiko serangan jantung turun setengahnya.