Benarkah Orang Romawi Mencuri Dewa-dewa dari Bangsa Yunani Kuno?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 18 Oktober 2022 | 20:30 WIB
Bangsa Romawi sering dituduh mencuri dewa-dewa mereka dari orang Yunani kuno. Benarkah demikian? (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Bangsa Romawi sering dituduh mencuri dewa-dewa mereka dari bangsa Yunani. Meski dewa-dewa tertentu seperti Jupiter, Juno, Mars dan Venus mirip dengan gaya Yunani, mereka sama sekali berbeda dengan dewa-dewi Yunani.

Dewa-dewa Romawi — yang tidak jelas maupun yang terkenal — sebenarnya adalah dewa-dewa suku Italik kuno. Atribut dan sifat dewa-dewi Romawi yang unik mencerminkan cara Romawi kuno dalam menafsirkan dunia yang tak terlihat.

Kepercayaan dan praktik spiritual Romawi.

Bangsa Romawi tidak menyebut kepercayaan dan praktik spiritual mereka sebagai agama. Religion atau agama berasal dari bahasa Latin “religo”. Secara harfiah, religo diartikan sebagai untuk mengikat atau mengikat.

Bukti tentang kepercayaan dan praktik spiritual ini sangat jarang dan hanya berupa catatan penulis sejarah yang hidup ratusan tahun kemudian.

Namun dari catatan itu disimpulkan jika orang Romawi tidak menganggap diri mereka terikat untuk melayani atau menyembah satu dewa. Hubungan antara orang Romawi dan dewanya dapat dipandang sebagai quid pro quo atau beri dan ambil.

Animisme dalam kebudayaan Romawi kuno

Orang Romawi menganut paham animisme atau manifestasi kekuatan ilahi melalui alam. Setiap tempat memiliki dewa pelindungnya. Misalnya dewa pelindung sungai dan hutan. Namun, banyak dari roh tanah dan air ini hilang. “Pasalnya, orang Romawi terbiasa untuk menyebut dewa-dewi itu. Namun dinamai atau tidak, mereka selalu dihormati oleh orang Romawi,” tulis Natasha Sheldon di laman History and Archaeology Online.

Bangsa Romawi percaya bahwa roh-roh alam ini memiliki kekuatan ilahi yang disebut numen. Sejak awal, jika seseorang membuka atau membangun di atas sebidang tanah, biasanya untuk menenangkan roh tempat itu dengan pengurbanan. Ini bukan tindakan penyembahan atau penyerahan. Sebaliknya, itu adalah sikap hormat dari tetangga yang baik.

Lares adalah dewa rumah tangga Romawi yang melindungi rumah dan keluarga. Doa dipanjatkan kepada Lar setiap pagi, pohon-pohon dan semak belukar dipersembahkan untuk mereka. ( National Archaeological Museum )

Ovid, penyair Romawi yang terkenal, menggambarkan kelangsungan hidup salah satu ritual semacam itu. Sebuah festival didedikasikan untuk dewa batas, Terminus, yang diadakan setiap tahun pada pagi hari tanggal 23 Februari. Para petani lokal akan bertemu di titik batas tanah mereka, membawa “karangan bunga dan kue” untuk dipersembahkan kepada dewa.

Dewa-dewa Romawi tidak diberi atribut manusia

Selain leluhur yang sudah meninggal, orang Romawi tidak menganugerahi dewa-dewa dengan atribut manusia, kepribadian, atau bahkan jenis kelamin. Setidaknya, itulah yang terjadi pada awalnya.

Roh yang mendiami suatu tempat sangat samar-samar. Cato mencatat bagaimana mereka memulai ritual kepada dewa-dewi hutan dengan mengatakan “jadilah engkau dewa atau dewi.” Ini dilakukan karena tidak ada cara pasti untuk mengidentifikasi jenis kelamin roh tersebut.

Netralitas jenis kelamin ini berlaku sama untuk dewa-dewi yang memiliki nama. Pales, dewa gembala, ditampilkan secara bervariasi sebagai pria atau wanita. Bahkan Venus - yang kemudian dilihat sebagai lambang feminitas ilahi - dianggap tidak memiliki jenis kelamin. “Ini ditunjukkan oleh akhiran kata benda netral dari namanya,” tambah Sheldon.

Seringkali, nama menunjukkan fungsi-fungsi tambahan dari dewa. Janus - dewa ambang, awal dan akhir - mendapatkan namanya dari bahasa Latin ianua atau "gerbang".

Perubahan pada dewa Romawi terjadi setelah kontak dengan Yunani

Karena dewa-dewa mereka tidak memiliki atribut manusia, orang Romawi melihat tidak perlu membangun mitologi yang rumit yang berkaitan dengan dewa. Tetapi kontak dengan budaya Yunani mengubah hal ini. Ketika orang Romawi melihat keuntungan untuk menghubungkan dewa-dewi mereka dengan dewa-dewa dari budaya yang sudah mapan dan bergengsi.

Jadi, orang Romawi mulai memasukkan dewa-dewi tertentu ke dalam struktur mitologi Yunani. “Dewa penting pun diadaptasi dengan peran-peran para dewa Olympia,” ujar Sheldon. Jupiter, sebelumnya adalah dewa langit dan sumpah menjadi Zeus versi Romawi. Sementara Juno, sosok dewi ibu Romawi, menjadi Hera. Mars, yang sebelumnya adalah dewa pertanian dan perang, peran agrarisnya diremehkan ketika ia berperan sebagai Ares.

Setelah kontak dengan Yunani, orang Romawi mulai memasukkan dewa-dewi tertentu ke dalam struktur mitologi Yunani. . Jupiter, sebelumnya adalah dewa langit dan sumpah menjadi Zeus versi Romawi. (Wikipedia)

Banyak dewa yang sebelumnya kecil juga mendapatkan promosi saat mereka mengisi peran Olympian yang tersisa. Venus, sebelumnya merupakan dewa taman kecil, menjadi dewi cinta, dan Neptunus, yang merupakan salah satu dari banyak dewa air Romawi, menjadi dewa laut.

Tidak semua dewa Romawi bisa masuk dalam jajaran bergengsi itu. Namun signifikansi kultusnya masih dipertahankan dalam praktik spiritual Romawi. Dewi Vesta, penjaga Romawi, adalah salah satu contohnya, seperti dewa Janus. Dewa kuno lainnya, seperti Tellus, dewi bumi dan Ceres dewi tanaman, juga tetap ada.

Jadi apakah orang Romawi mencuri dewa-dewi dari Kebudayaan Yunani kuno? Dewa-dewi itu sudah ada sebelum kontak dengan bangsa Yunani. Bangsa Romawi kemudian mengadaptasi dan menambah peran-peran penting dari dewa Yunani.