Janus, Dewa Awal dan Akhir dari Romawi yang Memiliki Dua Muka

By Sysilia Tanhati, Selasa, 25 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Janus adalah salah satu dewa kebanggaan orang Romawi kuno. Sering dikaitkan dengan gerbang, permulaan, dan transisi, Janus biasanya bermuka dua. (Sebastian Münster)

Nationalgeographic.co.id - Janus adalah salah satu dewa kebanggaan orang Romawi kuno. Pasalnya, ia merupakan salah satu dewa "asli" Romawi yang tidak diadaptasi dari budaya Yunani kuno. Sering dikaitkan dengan gerbang, permulaan, dan transisi, Janus biasanya digambarkan bermuka dua. Ini sebagai simbol bahwa sang dewa dapat melihat ke masa depan dan masa lalu pada saat yang sama.

Ritual refleksi akhir tahun dan melihat ke masa depan yang dilakukan di awal tahun juga berkaitan dengan Janus, dewa awal dan akhir Romawi.

Penjaga pintu surga

Dalam mitologi Romawi, Janus adalah seorang raja Latium (wilayah Italia tengah). Istananya berada di bukit Janiculum, di tepi barat Sungai Tiber. Menurut Macrobius intelektual Romawi, Janus diberikan kehormatan Ilahi karena pengabdiannya. "Sang dewa memberikan contoh saleh bagi semua rakyatnya," tulis Caillan Davenport di laman The Conversation.

Janus dengan bangga dipuja sebagai dewa Romawi yang unik, bukan dewa yang diadopsi dari dewa Yunani. Nama Janus (Ianus dalam bahasa Latin,) secara etimologis terkait dengan ianua, kata Latin untuk gerbang atau pintu. Janus sendiri adalah ianitor atau penjaga pintu surga.

Patung pemujaan Janus digambarkan sebagai dewa berjanggut dengan dua kepala yang saling bertolak belakang. Ini berarti dia bisa melihat ke depan dan ke belakang, ke dalam dan ke luar secara bersamaan tanpa berbalik.

Janus memegang tongkat di tangan kanannya untuk memandu para peziarah di sepanjang rute yang benar. "Sedangkan kunci di kirinya untuk membuka gerbang," tambah Davenport.

Ketika gerbang kuil Janus terbuka, itu artinya Romawi sedang berperang

Kuil Janus yang paling terkenal di Romawi disebut Ianus Geminus atau "Janus Kembar." Ketika pintunya terbuka, kota-kota tetangga tahu bahwa Romawi sedang berperang. Ketika kedua pintu ditutup, Romawi sedang dalam kondisi damai.

Dalam catatan prestasinya, Kaisar Augustus mengatakan pintu gerbang ditutup hanya dua kali di hadapannya: oleh Numa (235 Sebelum Masehi) dan Manlius (30 Sebelum Masehi).

 Baca Juga: Kisah Dewa Waktu Cronus Memakan Lima Anaknya dalam Mitologi Yunani

 Baca Juga: Dewa Anggur Dionisos, Mitologi Yunani atau Diadopsi dari Tradisi Lain?

 Baca Juga: Patung Zeus di Olympia yang Meramal Kematian Kaisar Romawi Caligula

Akan tetapi Plutarch mengatakan, "Namun, selama pemerintahan Numa, gerbang tidak terlihat terbuka untuk satu hari, tetapi tetap tertutup selama empat puluh tiga tahun."

Kaisar Augustus sendiri menutupnya tiga kali yaitu pada 29 Sebelum Masehi setelah Pertempuran Actium.

Perang dan damai

Janus terkenal terkait dengan transisi antara perdamaian dan perang. Numa, raja kedua Roma yang legendaris, dipercaya mendirikan sebuah kuil untuk Janus Geminus di Forum Romawi. Kuil itu terletak di tempat Janus menggelegak mata air panas mendidih untuk menggagalkan serangan terhadap Roma oleh Sabine.

Kuil itu adalah sebuah selungkup yang dibentuk oleh dua gerbang melengkung di setiap ujungnya, disatukan oleh dinding membentuk lorong. Patung perunggu Janus berdiri di tengah, dengan satu kepala menghadap ke setiap gerbang. Menurut sejarawan Livy, tujuan Numa membangun kuil itu adalah:

"Sebagai simbol perdamaian dan perang, yang ketika terbuka mungkin menandakan bahwa bangsa itu bersenjata. Ketika ditutup, itu menunjukkan bahwa semua orang di sekitarnya menjadi tenang."

Ketika gerbang kuil Janus tertutup, itu berarti Romawi sedang dalam keadaan damai. Kaisar Nero merayakan akhir perdamaiannya dengan Parthia dengan mencetak koin yang menunjukkan gerbang Janus tertutup rapat. (Classical Numismatic Group, Inc)

Gerbang Janus dikatakan tetap tertutup selama 43 tahun ketika Numa berkuasa. Namun setelah itu, gerbangnya jarang tertutup.

Nero kemudian merayakan akhir perdamaiannya dengan Parthia dengan mencetak koin yang menunjukkan gerbang Janus tertutup rapat.

Tradisi tahun baru orang Romawi

Orang Romawi percaya bahwa bulan Januari ditambahkan ke kalender oleh Numa. Keterkaitan antara Janus dan penanggalan diperkuat dengan pembangunan 12 altar di kuil Janus di Forum Holitorium. "Satu untuk setiap bulan dalam setahun," ujar Davenport.

Dari 153 Sebelum Masehi dan seterusnya, konsul (hakim kepala Republik) mulai menjabat pada hari pertama Januari. Para konsul baru mempersembahkan doa kepada Janus. Sedangkan imam mendedikasikan mantra dan persembahan garam serta kue jelai tradisional, yang dikenal sebagai ianual, kepada dewa.

Orang Romawi membagikan hadiah tahun baru berupa kurma, buah ara, dan madu kepada kerabat. Hadiah itu melambangkan harapan tahun depan akan menjadi manis, serta koin—tanda harapan kemakmuran.

Janus mengambil peran kunci dalam semua pengurbanan publik Romawi, menerima dupa dan anggur terlebih dahulu sebelum dewa lainnya. Sebabnya, sebagai penjaga pintu surga, Janus adalah rute yang dilalui seseorang untuk mencapai dewa-dewa lain, bahkan Jupiter sendiri.

Cato yang Tua mengungkapkan bahwa persembahan diberikan kepada Janus, Jupiter, dan Juno sebagai bagian dari pengorbanan pra-panen. Tujuannya untuk memastikan panen yang baik.