Nationalgeographic.co.id — Para ahli paleontologi telah mengonfirmasi perilaku karnivora atau pemakan daging Neanderthal di Iberia. Mereka menganalisis rasio seng, strontium, karbon, dan oksigen serta elemen jejak dalam fosil gigi Neanderthal serta gigi hewan yang ditemukan di Cueva de los Moros 1, Gabasa, Spanyol.
Studi ini telah mereka terbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah mereka bisa didapatkan secara daring dengan judul "A Neandertal dietary conundrum: Insights provided by tooth enamel Zn isotopes from Gabasa, Spain."
Seperti diketahui, Neanderthal adalah primata yang menduduki Eurasia barat dari sekitar 430.000 tahun yang lalu hingga kepunahan mereka sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Dijelaskan, situs gua Cueva de los Moros 1 digali pada 1980-an dan didokumentasikan dengan sangat baik. Semua sisa-sisa fosil berasal dari satu lapisan stratigrafi tepat di atas lapisan yang berasal dari 143.000 tahun yang lalu.
Hewan pemakan tumbuhan yang hidup berdampingan dari tiga jenis konteks lingkungan yang berbeda terwakili dalam lapisan pegunungan, (Iberia ibex dan chamois), hutan (mamalia ruminansia berkuku termasuk rusa merah), dan lingkungan terbuka (kuda dan keledai liar Eropa).
Banyak sisa-sisa karnivora ditemukan bersama dengan sisa-sisa Neanderthal, memungkinkan perbandingan spesies pemakan daging yang berbeda.
Dalam laporannya, peneliti menjelaskan, karakterisasi makanan Neandertal sebagian besar mengandalkan analisis isotop nitrogen dari kolagen tulang dan gigi.
Namun, beberapa data isotop nitrogen telah ditemukan dari tulang atau gigi dari Iberia karena pelestarian kolagen yang buruk di situs Paleolitik di wilayah tersebut.
Isotop seng telah terbukti menjadi metode yang dapat diandalkan untuk merekonstruksi tingkat trofik tanpa adanya pengawetan bahan organik.
"Untuk menentukan posisi individu dalam rantai makanan, para ilmuwan sampai sekarang umumnya harus mengekstrak protein dan menganalisis isotop nitrogen yang ada dalam kolagen tulang," kata Klervia Jaouen.
Baca Juga: Studi Tengkorak Kuno Singkap Kawin Silang Manusia dengan Neanderthal
Baca Juga: Praktik Kanibal Neanderthal Ungkap Pentingnya Evolusi Indra Penciuman
Baca Juga: Tak Hanya Manusia Modern, Perusakan Alam Juga Dilakukan Neanderthal
Jaouen adalah seorang peneliti di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology and the Observatoire Midi Pyrénées, dan rekan-rekan peneliti.
"Namun, metode ini sering kali hanya dapat digunakan di lingkungan beriklim sedang, dan jarang pada sampel yang berusia lebih dari 50.000 tahun."
Jaouen mengatakan, ketika kondisi ini tidak terpenuhi, analisis isotop nitrogen sangat kompleks, atau bahkan tidak mungkin.
"Ini adalah kasus geraham Neanderthal dari situs Cueva de los Moros 1," kata Jaouen.
Dalam studi mereka, para peneliti melakukan analisis isotop email gigi Neanderthal dan fauna terkait dari Cueva de los Moros 1.
"Ini adalah pertama kalinya metode ini digunakan untuk mencoba mengidentifikasi makanan Neanderthal," kata mereka.
"Hasilnya menunjukkan bahwa individu Neanderthal dari Cueva de los Moros 1 mungkin adalah karnivora yang tidak memakan darah mangsanya."
Patahan tulang yang ditemukan di lokasi, kata para peneliti, bersama dengan data isotop, menunjukkan bahwa individu ini juga memakan sumsum tulang mangsanya, tanpa memakan tulangnya, sementara pelacak kimia lainnya menunjukkan bahwa mereka disapih sebelum usia dua tahun.
Analisis juga menunjukkan, lanjutnya, bahwa Neanderthal ini mungkin mati di tempat yang sama ketika mereka tinggal sebagai seorang anak.
"Dibandingkan dengan teknik sebelumnya, metode analisis isotop seng baru ini memudahkan untuk membedakan antara omnivora dan karnivora," jelas para peneliti.
"Untuk mengonfirmasi kesimpulan, kami berharap untuk mengulangi percobaan pada individu dari situs lain, terutama dari situs Payre di tenggara Prancis, di mana penelitian baru sedang berlangsung."