Nationalgeographic.co.id - Banyak misteri dalam dunia hewan yang membuat kita penasaran. Salah satunya, pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa ekor cecak yang sudah putus masih bisa bergerak sendiri?
Banyak orang sudah tahu bahwa memutuskan ekor adalah mekanisme cecak untuk melindungi dirinya. Mekanisme ini disebut juga sebagai autotomi, yakni kondisi saat hewan memutuskan atau membuang satu atau lebih bagian tubuhnya.
Namun yang tampaknya belum banyak orang tahu, mengapa ekor cecak yang sudah putus ini masih bisa bergerak? Bahkan cukup lama terus bergerak sendiri meski tak terhubung dengan bagian kepala cecak tempat otak berada.
Tak hanya cecak, banyak jenis tokek dan kadal juga memiliki kemampuan memutuskan ekornya. Ketika bahaya mengancam, mereka dapat melepaskan ekornya, meninggalkannya sebagai umpan dengan harapan pemangsa akan menyerang ekor itu ketimbang tubuhnya.
Jurnalis sains ternama Ed Yong pernah menulis untuk National Geographic bahwa ekor itu tidak hanya tergeletak di sana sebagai umpan. Selama setengah jam setelah terputus, ekor tanpa tubuh itu melakukan tarian yang rumit, membalik, menerjang, dan melompat hingga satu inci di udara. Akrobat ini berfungsi untuk mengalihkan perhatian pemangsa lebih jauh.
"Untuk pertama kalinya, Timothy Higham dan Anthony Russell telah mempelajari pergerakan ekor-ekor tokek yang terputus untuk memahami bagaimana mereka dapat bergerak sedemikian kompleks tanpa masukan dari otak hewan tersebut," tulis Yong.
Tim Higham adalah ilmuwan biologi dari Clemson University, sedangkan Russell adalah ilmuwan biologi dari University of Calgary. Dalam mengerjakan studi yang laporannya telah terbit di jurnal Biology Letters, kedua peneliti itu membius empat tokek macan tutul dan menanamkan elektroda ke ekor mereka.
Baca Juga: Menjelaskan, Mengapa Kotoran Cecak Berwarna Hitam dan Putih?
Baca Juga: Dunia Hewan: Inilah Tujuh Binatang yang Punya Profesi Tidak Biasa
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Lalat Suka Makan Tahi, tapi Tidak Sakit?
Begitu hewan-hewan itu bangun, cubitan kecil di tempat yang tepat sudah cukup untuk mendorong mereka melepaskan ekor-ekornya dan bergegas mencari perlindungan. Saat ekor-ekor itu mulai mengejang, Higham dan Russell memfilmkan tarian ekor-ekor tersebut dengan kamera berkecepatan tinggi.
Ujung ekor-ekor itu dengan cepat berayun ke depan dan ke belakang, tetapi di antara fleksi berirama ini, ekor-ekor tersebut berperilaku lebih tidak menentu. Ekor-ekor tanpa badan itu membalik dengan mendorong ujungnya ke lantai untuk meluncurkan seluruh organ ke udara dan ekor-ekor itu menerjang dengan melakukan hal yang sama, tetapi secara horizontal.
Gerakan yang mencolok ini meningkatkan kemungkinan bahwa pemangsa yang menyerang akan mengejar ekornya, bukan badan hewannya. Akan tetapi sebenarnya tokek juga berkepentingan untuk menjaga tubuh dan ekornya agar tidak dimakan karena tokek dan kadal lainnya menyimpan cadangan lemak yang berharga di ekor mereka, dan ini terlalu berharga untuk diserahkan ke rahang hewan lain.
Karena itu, Higham dan Russell berpikir bahwa lompatan dan ayunan aritmis ini membuat ekor lebih sulit diprediksi dan lebih sulit ditangkap. Gerakan ini juga meningkatkan kemungkinan bahwa ekor akan berputar ke tempat yang aman, katakanlah di sudut atau celah. Sang tokek kemudian dapat kembali lagi nanti untuk memakan bagian bekas tubuhnya itu.
Banyak hewan dapat menggerakkan bagian tubuh mereka tanpa kontrol aktif dari otak mereka berkat kelompok khusus neuron yang beroperasi secara independen yang disebut generator pola pusat atau central pattern generator (CPG). Neuron ini banyak ditemukan di sumsum tulang belakang dan bagian tubuh lainnya dan dapat menghasilkan semburan impuls saraf secara teratur yang mendorong segala sesuatu mulai dari berjalan, berenang, hingga bernapas. Ini adalah neuron di balik gerakan lanjutan ayam tanpa kepala, atau serangga yang dibelah dua.
Dalam kasus ekor tokek, CPG di dalamnya tampaknya menyala tanpa motivasi yang jelas dari lingkungan. Hal ini masih harus terus diselidiki karena mungkin saja sensor pada kulit ekor mendapatkan semacam umpan balik dari sekitarnya dan mengirim sinyal ke CPG sehingga memengaruhi gerakan yang dipicunya.
CPG sangat menarik bagi para ahli biologi, terutama bagi mereka yang tertarik pada sumsum tulang belakang, dan apa yang terjadi ketika bagian itu cedera. Namun kluster saraf ini sulit untuk dipelajari.
Untuk mempelajarinya, Anda perlu memutuskan hubungan apa pun antara otak dan sumsum tulang belakang, yang tidak hanya menimbulkan kesulitan praktis, tetapi juga bebenturan dengan masalah etika. Dan bagi sebagian besar hewan, apa yang Anda lihat sebagai hasilnya adalah perilaku yang menyimpang dan kurang baik.
Akan tetapi tidak dengan cecak, tokek, dan kadal. Gerakan ekor mereka yang terputus adalah bagian dari pertahanan adaptif mereka dan telah dibuat oleh evolusi.
"Di sini kita memiliki hewan yang secara sukarela memutuskan hubungan antara otaknya dan bagian tubuhnya yang mengandung CPG. Itu membuat mereka menjadi hewan model yang hebat untuk mempelajari cara kerja sumsum tulang belakang, dan apa yang terjadi ketika bagian itu terluka," tulis Yong.