Kisah Martin, Setengah Abad Bertahan Hidup dengan Lubang di Perutnya

By Galih Pranata, Jumat, 28 Oktober 2022 | 11:00 WIB
Lukisan Dean Cornwell menggambarkan tindakan Dr. William Beaumont yang mencoba untuk menutup lubang perut Alexis St. Martin. (Dean Cornwell/History of Yesterday)

Nationalgeographic.co.id—Sampai pada akhir abad ke-18, anomali medis aneh bagi orang-orang yang selamat dari pukulan fatal atau komplikasi medis lainnya dipandang sebagai suatu keajaiban.

Kisah ini bermula pada tahun 1822, saat seorang pedagang muda Kanada bernama Alexis St. Martin secara tidak sengaja tertembak di perut. Martin datang ke Pulau Mackinac di Michigan untuk mendapatkan lebih banyak mantel bulu yang bisa dia jual.

Andrei Tapalaga menulis bahwa pada saat Martin tengah berjalan di dekat kolam, seorang pemburu yang sedang mencari bebek "secara tidak sengaja menembak Martin dari jarak yang sangat dekat."

Andrei menulisnya kepada History of Yesterday dalam sebuah artikel berjudul "The Man Who Lived With a Hole in His Stomach" yang diterbitkan pada 27 Oktober 2022. Beruntung, lokasi tertembaknya Martin dekat dengan rumah sakit militer.

"Pemburu bebek itu dengan cepat membawanya ke sana," imbuhnya. Akibat kurangnya kemajuan medis, luka tembak jarak dekat seperti itu dianggap fatal dan banyak ahli bedah hanya akan memompa pasien yang sekarat dengan morfin untuk meringankan kematiannya.

Luka tembak menembus perutnya, mematahkan beberapa tulang rusuknya dan juga merusak salah satu paru-parunya. Di rumah sakit militer, ia dirawat oleh Dr. William Beaumont yang melihat banyak luka fatal dalam karir medisnya.

"Dr. Beaumont secara heroik berhasil menyelamatkan Martin, tetapi dalam proses menghentikan pendarahan hebat, dia meninggalkan lubang yang cukup besar di perut Martin," lanjutnya.

Selama periode waktu itu, tidak ada yang namanya operasi plastik yang memungkinkan menutup bagian ini, jadi Martin harus belajar untuk bertahan hidup dengan sebuah lubang di perutnya.

Selain memiliki akses terbuka ke bagian dalam tubuhnya yang dapat menyebabkan infeksi parah, Martin memiliki masalah lain yang harus dihadapinya. "Sebagian besar dari apa yang akan dia makan akan keluar dari keseluruhan daripada dicerna," tulisnya lagi.

Ketika insiden itu terjadi, Martin baru berusia 28 tahun, cukup muda untuk sebagian besar lukanya sembuh dengan sendirinya. Setelah dua bulan luka menutup sekitar 70%, ukuran lubang di perutnya semakin mengecil.

Dr. Beaumont sangat lega melihat penyembuhan pesat dan meninggalkan lubang karena ini memberinya kesempatan untuk menganalisis sistem pencernaan Martin. Pada saat itu tidak banyak yang diketahui tentang sistem pencernaan.

Meski lukanya sudah hampir sembuh, Martin masih lemah dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk pulih, waktu yang tepat bagi Dr. Beaumont untuk menganalisis sistem pencernaannya.

Martin diminta oleh dokter untuk menandatangani kontrak yang meminta izin untuk melakukan berbagai uji coba padanya. Karena Martin buta huruf, dia menandatangani kontrak tanpa membacanya.

Banyak yang mengatakan dia melakukan ini karena dia malu untuk menunjukkan bahwa Martin adalah seorang buta huruf, meskipun buta huruf cukup umum di abad ke-19. Setidaknya Martin dibayar karena menjadi "tikus lab."

"Dr. Beaumont melakukan lebih dari 200 uji coba pada Martin, banyak di antaranya sangat tidak etis menurut standar saat ini," terus Andrei Tapalaga. Pada saat itu tidak ada yang namanya kode etik, sehingga hampir semua hal diizinkan dalam industri medis.

Jenis uji coba atau eksperimen tidak etis yang dilakukan Beaumont adalah mengambil makanan dari perut Martin dan menganalisis komposisinya serta bagaimana perut mengubah konsistensi makanan.

 Baca Juga: Manusia-Manusia Berkulit Biru yang Terisolasi Akibat Diskriminasi

 Baca Juga: Mengapa Tidak Ada Peta Ini di dalam Buku-Buku Sejarah Amerika?

 Baca Juga: Lima Sumber Makanan yang Dikembangkan oleh Penduduk Asli Amerika

Eksperimen lain yang menarik meskipun sangat tidak etis adalah memasukkan makanan ke dalam kain dan memperlihatkan kain itu melalui perut secara utuh dan mendiamkannya di dalam perut selama beberapa jam.

Makanan yang melilit kain itu berfungsi sebagai kantong teh untuk sistem lambung. Begitulah cara Beaumount menemukan bahwa cara kerja pencernaan adalah dengan asam lambung yang melarutkan makanan.

Potret dari buku (Gastric Juice and The Psychology of Digestion)

Semua temuan Dr. Beaumont dari eksperimen ini diterbitkan dalam sebuah buku dari tahun 1929 berjudul Gastric Juice and The Psychology of Digestion oleh Sir William Osler.

Saat melakukan semua eksperimen ini pada Martin, dia berjanji bahwa setelah menyelesaikan semua eksperimennya, dia akan menutup lubang di perut Martin, meskipun dokter itu tidak pernah bisa melakukannya.

Menariknya, Martin bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan Dr. Beaumont. "Martin berhasil hidup sampai tahun 1880, sedangkan Dr. William Beaumont meninggal pada tahun 1853," pungkasnya. Setidaknya, keajaiban menghampiri Alexis St. Martin karena dapat bertahan hidup selama 58 tahun dengan lubang di perutnya yang menganga.