Gempa Supershear yang Hantam Palu, Marak dan Bisa Ada di Patahan Benua

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 2 November 2022 | 08:00 WIB
Suasana gempa di Palu (28/9/2018). Gempa ini adalah jenis supershear yang ternyata banyak dan cepat menyapu permukaan. Kawasan patahan lempeng dan benua bisa sangat rentan menghasilkan gempa jenis ini. (kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Bulan September 2018, gempa mengguncang Palu, Sulawesi Tengah. Gempa itu sangat kuat sehingga menimbulkan tsunami yang masuk ke dalam daratan, dan dinyatakan sebagai gempa supershear oleh Lingseng Meng, peneliti di University of California Los Angeles (UCLA). 

Gempa supershear adalah gempa dengan kecepatan yang melebih gelombang geser seismik. Akibatnya, terdapat ledakan sonik di dalamnya. Umumnya, gempa bumi bisa ditentukan oleh gesekan geologi di sekitarnya, dengan kecepatan empat sampai sembilan per detik.

Sementara gempa bumi supershear lebih dari itu dengan kecepatan super. Di Palu, gempa teramati lewat citra satelit dengan adanya gempa susulan yang bergerak sejauh 150 kilometer dalam 35 detik.

Gempa bumi jenis ini, sebelumnya, diamati ada 15 kali dalam satu abad terakhir. Para ahli menyebutnya sebagai gempa bumi supershear yang merupakan jenis langka.

Namun, Meng bersama timnya mengungkap pemahaman baru terkait gempa supershear. Ternyata, gempa jenis ini lebih umum dari yang diperkirakan. Mereka mempublikasikan temuannya di Nature Geoscience pada 31 Oktober bertajuk "Global frequency of oceanic and continental supershear earthquakes."

Para peneliti mengamati semua gempa bumi jenis strike-slip berkekuatan lebih dari 6,7 di seluruh dunia. Gempa strike-slipe terjadi ketika dua lempeng tektonik saling bergesekan. Gempa supershear adalah subtipe dari kelompok jenis itu.

Temuan mengungkapkan, ada 87 gempa dari tahun 2000. Mereka mengidentifikasi ada 12 gempa yang ternyata jenis supershear. Jumlah ini dua kali lipat dari yang diduga para ilmuwan.

Baca Juga: Sesar Baribis di Jakarta Selatan Aktif dan Bisa Sebabkan Gempa Besar

Baca Juga: Dua Gempa Mars Terbesar Hingga Saat Ini Tercatat dari Sisi Jauh Planet

Baca Juga: Bagaimana Menara Miring Pisa Bertahan dari Serangkaian Gempa Bumi?

Baca Juga: Kedua Kalinya Sebuah Tsunami Menyebar ke Tiga Samudra, Kok Bisa?

"Gempa supershear berpotensi lebih merusak daripada jenis gempa lainnya karena lebih efektif menghasilkan gelombang seismik, dengan lebih banyak guncangan, yang dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan,” kata salah satu penulis makalah Lingseng Meng dari Earth, Planetary, and Space Sciences, University of California Los Angeles (UCLA).