Perburuan dan Perdagangan Satwa: Hukum dan Universitas Harus Bergerak

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 29 Oktober 2022 | 11:00 WIB
Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Gunung Leuser. Satwa liar punya hak untuk bisa hidup dan berperilaku sebagaimana mestinya di alam liar. Pemeliharaan mereka di ruang yang sempit, fasilitas tidak memadai, dan membuatnya tidak sejahtera, adalah kejahatan konservasi. (Enrique Lopez-Tapia)

Selain itu ada pula sebanyak 6.000 spesies satwa liar diselundupkan antara tahun 1999-2019. Beberapa di antaranya adalah mamalia, reptil, burung, ikan, hingga terumbu karang. 

Masalahnya, praktik perdagangan satwa liar dipicu adanya permintaan. Banyak dari masyarakat kita memelihara satwa liar yang dilindungi dan rentan punah. Praktik memelihara satwa liar ini bahkan marak, walau pandemi COVID-19 menerpa. Beberapa figur publik hingga politisi menjadi pelakunya, dan tak jarang satwa liar dipamerkan sebagai konten di media sosial.

Oleh karena itu, perlu ada pencegahan langsung kepada masyarakat. Rektor Universitas Pakuan Didik Notosudjono mengungkapkan, perguruan tinggi dapat memainkan peran strategis dalam penangan perdaganan satwa liar. Tidak hanya kegiatan berhubungan awarness kepada masyarakat seperti lewat KKN atau PKM, tetapi juga riset pengembangan pengawasan.

"Melalui upaya tersebut, harapannya akan muncul kesadaran masyarakat untuk mencintai, menjaga, serta melestarikan satwa liar dan habitatnya," tutur Didik.

Acara Belantara Learning Series ini merupakan program peningkatan kepasistas yang diinisasi Belantara Foundation sejak 2021. Acara ini dilakukan secara daring, dan memiliki rangkaian kegaitan nonton bareng secara daring di lima universitas seperti, Universitas Andalas, Universitas Riau, Universitas Nasional, dan Universitas Pakuan.

“Kami berharap melalui nonton bareng secara offline ini, para peserta yang umumnya mahasiswa bisa lebih termotivasi sehingga akan muncul inspirasi yang inovatif yang dapat berkontribusi nyata untuk penanganan perdagangan satwa liar yang lebih efektif," kata Dolly Priatna, direktur eksekutif Belantara Foundation.

"Saat nonton bareng, para peserta juga bisa lebih interaktif serta membuka ruang diskusi bersama secara lebih dalam dibandingkan dengan menjadi peserta daring."