Inilah Cara Mengatasi Brain Fog atau Kabut Otak Pasca COVID-19

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 30 Oktober 2022 | 14:00 WIB
Brain fog atau kabut otak bisa menguras tenaga, membuat frustrasi, dan melemahkan. (Uday Mittal)

Nationalgeographic.co.id – Brain fog atau kabut otak, istilah yang digunakan untuk menggambarkan pikiran kabur, kesulitan menemukan kata, dan kelelahan mental mendalam. Disfungsi ini banyak ditemukan pada mereka pascaterinfeksi COVID-19.

Hal ini dibuktikan melalui studi terbaru yang menunjukkan lebih dari 22 persen dari mereka yang terinfeksi COVID-19 melaporkan disfungsi kognitif setelah pulih dari infeksi awal. Akan tetapi masalah kognitif yang terkait dengan efek jangka panjang COVID lebih luas dari itu. Perhatian, memori, dan bahkan fungsi eksekutif dapat terganggu, membuat banyak orang merasa tidak berdaya, rentan, dan tidak dapat menjalani hidup mereka seperti dulu.

Bagaimana COVID-19 Dapat Menyebabkan Kabut Otak?

Seperti dilansir Psychology Today, sementara sains belum mengungkapkan alasan pasti untuk kesulitan kognitif yang diamati pasca-COVID-19, penelitian telah memberi beberapa penjelasan yang mungkin. Peradangan saraf adalah salah satu hipotesis utama mengapa penderita COVID mengalami kabut otak yang melemahkan seperti itu.

Peradangan adalah konsekuensi umum dari banyak infeksi. Untuk alasan yang tidak diketahui, COVID-19 memicu respons peradangan yang sangat kuat. Secara khusus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasca-COVID menunjukkan peningkatan sitokin inflamasi dan reaktivitas mikroglial di otak.

Produksi sitokin adalah respon imun normal terhadap infeksi. Ketika patogen seperti virus penyebab COVID-19 menyerang tubuh seseorang, sitokin memulai pertahanan kekebalan tubuh terhadap patogen. Demikian pula, aktivasi sel mikroglia juga merupakan reaksi normal terhadap rangsangan inflamasi atau toksik. Sel mikroglia berfungsi seperti penjaga otak dan memainkan peran penting dalam sistem saraf pusat. Mereka memantau lingkungan mereka dan secara aktif mencari rangsangan berbahaya.

Studi menunjukkan bahwa karena COVID-19 menimbulkan reaksi ekstrem dalam sistem kekebalan tubuh kita, itu menyebabkan respons alami terhadap patogen ini tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan reaksi peradangan saraf yang berlebihan dan tidak terkendali, mengganggu fungsi saraf dan mengarah pada perkembangan kabut otak.

Strategi Mengatasi Kabut Otak

Gangguan kognitif yang dialami oleh penderita COVID tidak hanya membuat frustrasi dan menakutkan, tetapi juga dapat sangat melemahkan. Sayangnya, tidak ada solusi satu ukuran untuk semua yang akan menghilangkan kesulitan ini. Meskipun demikian, ada strategi rehabilitatif yang dapat membantu penumpang jarak jauh mengurangi dampak kabut otak pada kehidupan mereka. Berikut ini adalah enam strategi yang mudah diterapkan yang dapat digunakan oleh para pelari jarak jauh untuk meningkatkan fungsi otak.

1. Tidur lebih baik. Kebersihan tidur yang baik selalu penting. Menetapkan jadwal tidur yang teratur bisa sangat membantu meningkatkan kualitas tidur seseorang. Kurangi waktu melihat layar sebelum tidur dan hilangkan, sebanyak mungkin, cahaya biru di kamar tidur Anda. Meskipun cukup tidur itu penting, juga membantu untuk menetapkan rutinitas tidur yang memungkinkan Anda bangun saat tidur nyenyak karena ini akan membuat Anda merasa lebih istirahat daripada jika bangun dari tidur nyenyak.

 Baca Juga: Identifikasi Antibodi yang Membuat Vaksin Covid Tidak Diperlukan Lagi

 Baca Juga: COVID-19 Lebih Mematikan Bagi Orang dengan Gangguan Intelektual

 Baca Juga: Pandemi Telah Mengubah Kepribadian Kita Menjadi Lebih Murung

2. Olahraga. Aktivitas fisik tidak hanya baik untuk tubuh Anda, tetapi juga baik untuk kesehatan otak. Ini membantu meningkatkan konektivitas saraf dan fungsi otak, serta meningkatkan kualitas tidur dan suasana hati. Namun, mereka yang mengidap COVID-19 harus memperhatikan kecepatan aktivitas yang sehat agar tidak memperburuk kelelahan.

3. Makan makanan yang menyehatkan otak. Jelas, makan sehat itu penting terlepas dari status kesehatan Anda. Namun ketika seseorang berjuang dengan COVID-19, itu juga bisa sangat bermanfaat untuk memasukkan makanan yang ramah otak. Makanan seperti salmon, biji rami, edamame, dan minyak kedelai yang tinggi asam lemak omega-3 sangat penting untuk kesehatan otak.

4. Nikmati permainan otak. Memainkan permainan otak yang agak menantang, terutama yang memiliki komponen berbasis memori, dapat membantu mendorong pemulihan otak. Permainan seperti Boggle, tangram, teka-teki logika, dan sudoku dapat membantu. Kunci dari permainan ini adalah untuk tidak menyerah bahkan jika Anda merasa putus asa. Anda mungkin tergoda untuk berhenti ketika kemampuan Anda untuk melakukan jenis aktivitas ini lebih buruk dari sebelumnya. Tetap termotivasi dan terus bekerja pada pemulihan Anda.

5. Bersosialisasi. Wajar bagi para penderita COVID untuk mengasingkan diri. Hal ini dapat terjadi karena banyak alasan yang berbeda, tidak sedikit di antaranya adalah depresi dan kelelahan. Akan tetapi tetap terhubung dan bersosialisasi dapat membantu. Ikatan sosial sangat penting bagi kesehatan mental kita. Bersosialisasi merangsang perhatian dan memori, dan bahkan memperkuat jaringan saraf kita. Faktanya, penelitian menunjukkan ketika orang kesepian dan terisolasi secara sosial, risiko demensia meningkat hingga 40 persen.

6. Mengatur panggung untuk sukses. Memiliki kabut otak membuat bahkan melakukan tugas-tugas yang paling sederhana menguras dan sulit. Penting untuk mempersiapkan diri Anda untuk sukses. 

Selain mengikuti strategi yang dijelaskan di atas, mereka yang mengalami gangguan kognitif harus berbicara dengan dokter mereka untuk melihat pilihan lain apa yang dapat membantu, misalnya, rujukan ke neurologi, terapi okupasi, atau neuropsikolog).