Baca Juga: Inilah Theodora, Pelacur yang Menjadi Permaisuri Hebat di Bizantium
Baca Juga: Peracunan: Cara Populer Singkirkan Musuh di Zaman Romawi Kuno
Sejarawan berpendapat bahwa Agrippina meracuni Claudius. Sang permaisuri pasti mendapat keuntungan setelah kematian suaminya itu. Sebagai ahli waris, Nero yang saat itu berusia sekitar 16 tahun langsung naik takhta.
Nero mengambil alih kekuasaan, dengan Julia Agrippina sebagai wali dan Augusta. Augusta adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada wanita dalam keluarga kekaisaran. “Gelar itu menyoroti status dan pengaruhnya di dalam kekaisaran,” Gill juga menambahkan.
Ketika sang putra melawan ibunya
Di bawah pemerintahan Nero, Agrippina tidak dapat memberikan pengaruh terhadap Kekaisaran Romawi. Sebaliknya, kekuatannya berkurang.
Karena usia putranya yang masih muda, Agrippina mencoba memerintah atas namanya. Akan tetapi semuanya tidak berjalan seperti yang dia rencanakan. Nero akhirnya mengasingkan Agrippina.
Konon Nero menganggap ibunya sombong dan ingin menjauhkan diri darinya. Hubungan mereka semakin tegang ketika Agrippina keberatan dengan hubungan asmara Nero dengan istri temannya, Poppaea Sabina.
Mungkin karena kesal tidak dapat memengaruhi putranya, Agrippina menantang hak Nero untuk memerintah. Ia mengungkapkan alasan bahwa anak tirinya, Brittanicus, adalah pewaris takhta yang sebenarnya.
Brittanicus kemudian meninggal dalam keadaan misterius yang kemungkinan diatur oleh Nero. Kaisar muda itu juga merencanakan untuk membunuh ibunya. Nero mengatur agar ibunya naik perahu yang dirancang untuk tenggelam. “Namun rencana itu gagal, Agrippina berhasil berenang dengan selamat kembali ke pantai,” Gill menambahkan lagi. Masih bertekad untuk menghabisi nyawa ibunya, Nero kemudian memerintahkan agar ibunya dibunuh di rumahnya.
Agrippina dibunuh di luar Roma, dikremasi dan dikuburkan di kuburan tak bertanda tanpa upacara yang layak bagi permaisuri dan ibu kaisar Romawi. Dia tidak pernah menerima pemakaman atau penghargaan kekaisaran. Putranya, Nero, bertindak seakan sang ibu tidak pernah ada selama tahun-tahun sisa pemerintahannya.
Kejatuhannya yang hina dan keheningan yang menyelimuti kematiannya dapat membuat Agrippina dilupakan dalam sejarah. Orang-orang yang menulis sejarah Romawi dengan senang hati berpura-pura bahwa seorang wanita tidak pernah memerintah mereka.
Namun harus diakui, selama hampir sepuluh tahun, Agrippina secara tidak resmi memerintah kekaisaran Romawi sebagai mitra suami dan putranya.
Ia dipuji sebagai Augusta dan permaisuri dalam segala hal kecuali nama. Dia berjuang melawan dan melampaui batas gender, lebih dari wanita lain di kekaisaran Romawi. Teladannya yang menarik layak untuk diingat lebih dari sekadar ibu Kaisar Nero dan istri Kaisar Claudius.