Beberapa kerangka yang terkubur di makam punya hubungan dengan pertempuran tersebut dengan latar belakang genetik yang beragam. Selain itu, komposisi kimia tulang yang menunjukkan banyak yang hidup di dekat Himera.
Para arkeolog dalam penelitian ini menduga, sebagian dari kuburan massal ini adalah pria sehat dengan rentang umur 18 sampai 50 tahun. Hal yang memperkuat bahwa kerangka di sini adalah yang terlibat, terbukti dengan adanya pedang dan mata panah ditemukan. Bahkan, ada juga yang dimakamkan dengan ujung tombak logam yang tertancap di rongga dadanya.
Pemakaman massal adalah hal yang jarang bagi orang-orang Himera. Biasanya, mereka dimakamkan secara individual, bukan seperti yang ada di tempat galian ini.
Demi menghadapi serbuan pertama Kartago itu, terang para peneliti, ternyata terdapat DNA dari sembilan kerangka berasal dari Asia Tengah, pegunungan Kaukasus, Eropa, Tengah, dan bahkan Baltik timur (Lithuania kini).
"Tidak seperti sampel lainnya, banyak tentara memiliki asal-usul leluhur di Eropa utara, Stepa, dan Kaukasus," tulis para peneliti yang dipimpin Laurie Reitsema dari Department of Anthropology, University of Georgia, Athena, Yunani.
"Mengintegrasikan data genetik, arkeologi, isotop, dan historis, hasil ini menggambarkan peran penting yang dimainkan tentara bayaran dalam pasukan Yunani kuno dan menyoroti bagaimana partisipasi dalam perang berkontribusi pada mobilitas manusia skala benua di dunia Klasik."
Isotop kimia di tulang mereka menegaskan bahwa mereka memang dilahirkan jauh dari Sisilia. Dengan kata lain, mereka bukan keturunan imigran yang bergenerasi di kota itu. Kesehatan mereka bahkan baik saat hidup, sehingga menghapus kemungkinan jika kerangka ini budak.
Diodorus Siculus juga mencatat adanya tentara bayaran asing sebesar 7.000 orang. Mereka dipekerjakan oleh Gelon, politisi Syracuse yang diberikan kewarganegaraan pada tahun 466 SM. Para peneliti menduga, mereka mungkin telah berpartisipasi dalam pertempuran pada 480 SM.
Para peneliti menyimpulkan, para tentara bayaran ini tidak dibayar oleh penguasa Yunani dengan materi, melainkan sebagai kewarganegaraan. Kondisi saat itu tentu sangat mendesak bagi orang Yunani untuk mempertahankan kota-kota koloninya. Sementara yang gugur, dikuburkan dengan hormat tetapi tidak bersifat pribadi seperti di Himera setelah kemenangan 480 SM.
Namun, ketika Kartago kembali pada 409 SM, saat aliansi itu tidak bersatu, para pejuang yang gugur memang kurang memiliki keragaman tanda genetik dan isotop. Artinya, catatan bahwa orang-orang Himera berjuang tanpa bantuan adalah benar, sehingga pada akhirnya mereka mengalami kekalahan.