Ketika Aliansi Orang Yunani di Sisilia Terpecah Menghadapi Kartago

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 4 November 2022 | 08:00 WIB
Kerangka di pemakaman massal Yunani kuno di Himera, Sisilia, Italia. Mereka memiliki latar belakang berbeda, memungkinkan bahwa pertempuran Himera memaksa orang Yunani mencari tentara bayaran. (Stefano Vassallo/Superintendence for Cultural and Environmental Heritage of Palermo)

Nationalgeographic.co.id—Sudah lama bagi orang Yunani kuno berkoloni di sekitar Pulau Sisilia yang kini bagian dari Italia. Kota paling penting mereka di sana adalah Himera yang memiliki tembok.

Orang Yunani kuno mempertahankan kota koloninya mati-matian dari serangan rivalnya, Kartago. Agar mempertahankan pulau, mereka juga bersama dengan koloni tetangga Agrigento dan Syracuse dari musuh yang berasal dari Afrika bagian pesisir Mediterania itu. Peristiwa ini memang kurang dikenal, tetapi menjadi contoh betapa gigih dan hebatnya orang Yunani pada saat itu. 

Diodoros Sikolos dan Herodotos, keduanya adalah sejarawan Yunani masa itu mencatat peristiwanya. Mereka menyebut orang-orang Yunani dari berbagai kota Sisilia bersatu untuk mencegah Kartago menguasai mereka. Pertahanan mereka berupa pengiriman tentara sipil bersenjata lengkap ke pertempuran.

71 tahun kemudian, Kartago datang menginvasi lagi, tetapi tidak ada yang membantu Himera. Syracuse yang merupakan kota tetangga malah mengerahkan pasukannya dekat dengan tanah mereka untuk mencegah Kartago dari laut. Pada akhirnya, Kartago menang dan membuat kota jadi reruntuhan.

Himera kemudian menjadi peninggalan arkeologis yang menarik dikaji. Sebuah penelitian di Proceedings of the National Academy of Sciences pada Agustus 2022, mengungkap sebuah fakta menarik dari peristiwa itu. Makalah mereka mengungkap bahwa orag-orang Yunani kuno di sana sepertinya telah mendapatkan bantuan dari tentara bayaran luar.

Makalah mereka yang berjudul "The diverse genetic origins of a Classical period Greek army" mengungkapnya dari 30 kerangka yang digali dari kuburan massal sekitar Himera. Secara keseluruhan, makam itu terdiri kurang dari 13.000 orang yang digali sejak awal 1990-an.

Ada 46 peneliti yang terlibat dalam penulisan makalah tersebut. Mereka menjelaskan, berdasarkan analisis genetik dari sisa-sisa yang terkubur pada 480 SM, orang Himera dibantu oleh koloni Yunani lainnya.

  

Baca Juga: Kisah Tragis Neaera, Anak Budak Athena yang Dibesarkan di Rumah Bordil

Baca Juga: Apa Perbedaan Kehidupan Wanita Mesir Kuno dengan Romawi-Yunani Kuno?

Baca Juga: Pertempuran Cannae: Kegigihan Kartago di Tanah Republik Romawi

Baca Juga: Anak Yunani Kuno: Tidak Sekolah, Perempuan Dilatih Jadi Penghibur

   

Beberapa kerangka yang terkubur di makam punya hubungan dengan pertempuran tersebut dengan latar belakang genetik yang beragam. Selain itu, komposisi kimia tulang yang menunjukkan banyak yang hidup di dekat Himera.

Para arkeolog dalam penelitian ini menduga, sebagian dari kuburan massal ini adalah pria sehat dengan rentang umur 18 sampai 50 tahun. Hal yang memperkuat bahwa kerangka di sini adalah yang terlibat, terbukti dengan adanya pedang dan mata panah ditemukan. Bahkan, ada juga yang dimakamkan dengan ujung tombak logam yang tertancap di rongga dadanya.

Pemakaman massal adalah hal yang jarang bagi orang-orang Himera. Biasanya, mereka dimakamkan secara individual, bukan seperti yang ada di tempat galian ini. 

Pertempuran Himera pada 480 SM. Saat itu kota-kota koloni Yunani kuno bersatu menghalau Kartago, musuh utama dari pesisir utara Afrika. (Giuseppe Sciuti/Wikimedia)

Demi menghadapi serbuan pertama Kartago itu, terang para peneliti, ternyata terdapat DNA dari sembilan kerangka berasal dari Asia Tengah, pegunungan Kaukasus, Eropa, Tengah, dan bahkan Baltik timur (Lithuania kini).

"Tidak seperti sampel lainnya, banyak tentara memiliki asal-usul leluhur di Eropa utara, Stepa, dan Kaukasus," tulis para peneliti yang dipimpin Laurie Reitsema dari Department of Anthropology, University of Georgia, Athena, Yunani.

"Mengintegrasikan data genetik, arkeologi, isotop, dan historis, hasil ini menggambarkan peran penting yang dimainkan tentara bayaran dalam pasukan Yunani kuno dan menyoroti bagaimana partisipasi dalam perang berkontribusi pada mobilitas manusia skala benua di dunia Klasik."

Isotop kimia di tulang mereka menegaskan bahwa mereka memang dilahirkan jauh dari Sisilia. Dengan kata lain, mereka bukan keturunan imigran yang bergenerasi di kota itu. Kesehatan mereka bahkan baik saat hidup, sehingga menghapus kemungkinan jika kerangka ini budak.

Diodorus Siculus juga mencatat adanya tentara bayaran asing sebesar 7.000 orang. Mereka dipekerjakan oleh Gelon, politisi Syracuse yang diberikan kewarganegaraan pada tahun 466 SM. Para peneliti menduga, mereka mungkin telah berpartisipasi dalam pertempuran pada 480 SM.

Para peneliti menyimpulkan, para tentara bayaran ini tidak dibayar oleh penguasa Yunani dengan materi, melainkan sebagai kewarganegaraan. Kondisi saat itu tentu sangat mendesak bagi orang Yunani untuk mempertahankan kota-kota koloninya. Sementara yang gugur, dikuburkan dengan hormat tetapi tidak bersifat pribadi seperti di Himera setelah kemenangan 480 SM.

Namun, ketika Kartago kembali pada 409 SM, saat aliansi itu tidak bersatu, para pejuang yang gugur memang kurang memiliki keragaman tanda genetik dan isotop. Artinya, catatan bahwa orang-orang Himera berjuang tanpa bantuan adalah benar, sehingga pada akhirnya mereka mengalami kekalahan.