Mengenal Sekhmet, Dewi Perang Mesir Kuno yang Berkepala Singa

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 7 November 2022 | 08:00 WIB
Dewi Sekhmet berkepala singa di dinding Kuil Edfu, Mesir. ( Alvaro Lovazzano)

Sekhmet bisa membawa malapetaka bagi mereka yang membuatnya marah

Dalam Buku Orang Mati Mesir, Sekhmet digambarkan sebagai penjaga keseimbangan kosmik, Ma'at. Namun, terkadang berjuang untuk keseimbangan ini membuatnya mengadopsi kebijakan ekstrem seperti memperkenalkan wabah, yang disebut sebagai 'utusan' atau 'pembantai' Sekhmet.

Dikatakan juga bahwa dia memberikan penyakit pada orang-orang yang membuatnya marah. Tak heran kalau dirinya dijuluki 'Wanita Wabah' dan 'Wanita Merah' tidak hanya menyinggung pembuatan wabah tetapi juga darah dan tanah gurun merah.

Sekhmet juga pelindung para tabib

Meskipun Sekhmet bisa mengunjungi bencana pada orang-orang yang membuatnya marah, dia juga bisa mencegah wabah dan menyembuhkan penyakit untuk teman-temannya. Sebagai pelindung para tabib, ketika dalam keadaan lebih tenang dia akan mengambil bentuk dewi kucing rumah tangga Bastet.

   

Baca Juga: Alasan di Balik Kucing dan Buaya Disembah oleh Orang Mesir Kuno

Baca Juga: Benarkah Terompet Milik Firaun Tutankhamun Jadi Pemicu Perang Dunia?

Baca Juga: Alih-alih Penyakitan, Firaun Mesir Tutankhamun Mungkin Seorang Pejuang

    

Sebuah julukan kuno berbunyi bahwa dia adalah 'Nyonya Kehidupan'. Kemampuannya untuk menyembuhkan sangat dihargai sehingga Amenhotep III memiliki ratusan patung Sekhmet yang dibuat untuk ditempatkan di kuil pemakamannya di Tepi Barat dekat Thebes sebagai sarana untuk melindunginya di akhirat.

Sekhmet juga dilaporkan sebagai ibu dari dewa singa yang tidak dikenal bernama Maahes, yang merupakan pelindung dan pelindung firaun, sementara teks lain menyatakan bahwa firaun sendiri dikandung oleh Sekhmet.

Perayaan besar diadakan untuk menghormatinya

Sebuah festival mabuk diadakan setiap tahun untuk menenangkan keliaran sang dewi dan meniru kemabukan yang menghentikan haus darah Sekhmet ketika hampir menghancurkan umat manusia. Festival ini mungkin juga bertepatan dengan pencegahan banjir yang berlebihan pada awal setiap tahun, ketika Sungai Nil tampak berwarna merah darah dengan endapan lumpur dari hulu.